Bukan Eksportir, Bukan Pula Negara Kaya Minyak

Image title
Oleh
9 Juni 2013, 00:00
472.jpg
Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Dok. KATADATA

Dari sisi tingkat produksi, produksi minyak Indonesia juga sudah merosot sangat tajam. Dibandingkan dengan puncak produksi pada 1995 sebesar 1,6 juta barel per hari, pada 2012 produksi minyak Indonesia tinggal hampir separohnya, yakni hanya 861 ribu barel per hari. Sedangkan, konsumsi BBM malah sebaliknya, melejit dari 400 ribu barel per hari pada 1980-an menjadi lebih dari 1,4 juta barel pada saat ini.

Tingkat konsumsi yang jauh melebihi tingkat produksi membuat Indonesia bukan lagi sebagai nett oil exporter, melainkan berubah menjadi nett oil importer. Bahkan, impor minyak dan BBM terus menunjukkan peningkatan sehingga memberatkan neraca perdagangan Indonesia. Bahkan, neraca perdagangan beberapa kali defisit akibat impor BBM yang sangat besar.

Tak hanya neraca perdagangan yang defisit. Jumlah subsidi BBM pun semakin membengkak dari tahun ke tahun. Pada 2006, jumlah subsidi BBM masih Rp 64 triliun, namun enam tahun kemudian sudah membengkak hampir empat kali lipat menjadi Rp 212 triliun.

Tahun ini, menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, anggaran subsidi BBM bisa sangat membengkak menjadi Rp 297,7 triliun jika tidak ada kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Pembengkakan terjadi karena asumsi nilai tukar sebesar Rp 9.300 diperkirakan melemah menjadi Rp 9.600.

Tak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan satu negara yang sangat royal memberikan subsidi BBM bagi penduduknya. Bahkan, proporsi anggaran yang dialokasikan untuk subsidi BBM tidak jauh berbeda dengan negara-negara super kaya minyak.

Itu terungkap dari hasil studi Dana Moneter Internasional (IMF) yang berjudul "Energy Subsidy Reform: Lesson and Implications" dan  dirilis pada 18 Januari 2013.  Studi itu menyebutkan tiga negara paling kaya minyak di dunia, yakni Venezuela, Arab Saudi dan Iran, pada 2011 menganggarkan dana subsidi BBM cukup besar bagi rakyatnya.

Arab Saudi mengalokasikan 14 persen dari penerimaan negara, Venezuela 15,8 persen dan Iran 16,9 persen. Ironisnya, dana subsidi yang dianggarkan pemerintah Indonesia hampir sama dengan negara-negara petrodolar tersebut. Menurut studi tersebut, sebesar 14 persen dari total penerimaan negara Indonesia digunakan untuk subsidi BBM.

Halaman:
Reporter: Heri Susanto
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...