Pertahankan BI Rate, BI Ubah Gaya Kebijakan

Image title
Oleh
13 Desember 2013, 00:00
2373.jpg
Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Agung Samosir

Tekanan di pasar terjadi yang ditunjukkan melemahnya rupiah yang menembus Rp 12.000 per dolar dan yield obligasi 8,7 persen (tenor 10 tahun). Pelemahan itu disebabkan permintaan dolar yang tinggi (untuk impor dan pembayaran utang) mendekati akhir tahun memicu pelemahan rupiah, dan menimbulkan kepanikan pembelian dolar. Pelemahan ini selain disebabkan masalah fundamental permintaan dolar yang tinggi juga masalah mengelola persepsi. Hal ini penting terutama bagai pemain domestik agar bisa menjadi penopang (dibanding pengikut) jika sentimen eksternal memburuk.

Meski tetap mempertahankan keberadaannya di pasar forex dan obligasi, namun pelemahan rupiah ditoleransi BI untuk mendukung rebalancing neraca transaksi berjalan. Untuk mengatasi defisit ini, perubahan struktural diperlukan terutama dari sisi fiskal.

Anton juga menyoroti kebijakan kenaikan PPh impor barang konsumsi 2,5 persen menjadi 7,5 persen untuk mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan. Ia memperkirakan kebijakan itu akan berdampak kecil karena impor barang konsumsi hanya menyumbang sekitar 7 persen dari total impor. Meski demikian, ia percaya kenaikan BI Rate 175 persen sepanjang tahun ini akan berdampak terhadap perlambatan impor. Selain itu adanya tekanan eksternal tahun depan akibat rencana the Fed menghentikan stimulusnya (tapering) menimbulkan perlambatan ekonomi lebih lanjut. "Kami berharap defisit transaksi berjalan berkurang menjadi 2,9 persen tahun depan," tutur Anton.

Seperti diketahui Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen. BI juga mempertahankan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level 7,5 persen dan 5,75 persen.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan salah satu alasan BI mempertahankan BI Rate yaitu inflasi yang mulai menurun. Awalnya BI memperkirakan inflasi bisa mencapai 9-9,8 persen akibat kenaikan BBM Juni lalu. Namun dengan kombinasi langkah dari pemerintah dan BI, laju inflasi bisa ditekan turun. Inflasi November 2013 tercatat sebesar 0,12 persen (mtm) atau 8,37 persen (yoy). Kebijakan ini juga untuk mengarahkan inflasi menuju sasaran 4,5±1 persen pada 2014.

"BI melihat inflasi sudah terkendali," ujar Agus di BI, Jakarta, Jumat, 13 Desember 2013.

Kebijakan tersebut juga diambil dengan pertimbangan defisit transaksi berjalan diperkirakan turun di bawah 3 persen, dari yang semula 3,8 persen dari PDB (US$ 8,4 miliar) pada triwulan III/2013. Kebijakan yang diambil pemerintah pada bulan Austus dan paket kedua pada Desember dianggap BI bisa mengarah ke perbaikan transaksi berjalan. "Pada 2014 defisit transaksi berjalan bisa di bawah 3 persen atau lebih rendah. Kita upayakan itu," tutur Agus.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Nur Farida Ahniar
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...