Kedubes Belanda Jelaskan Keberadaan Diplomat dalam Kasus Ravio Patra
Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia memberikan klarifikasi terkait seorang diplomat yang hadir saat penangkapan aktivis kebijakan publik Ravio Patra pada Rabu malam (22/4). Juru bicara Kedubes Belanda menyatakan diplomat berinisial RS berada di lokasi penangkapan karena telah membuat janji bertemu dengan Ravio.
Diplomat tersebut menemui Ravio di Jalan Blora, Menteng, Jakarta Pusat atas permintaan aktivis tersebut untuk membahas sesuatu. Ketika tiba di lokasi, diplomat itu melihat Ravio telah dikelilingi oleh beberapa orang pria. Belakangan RS mengetahui mereka sebagai polisi berpakaian preman yang hendak menangkap Ravio.
Dalam proses penangkapan sempat terjadi keributan. Ravio hendak menghindari polisi dengan masuk ke dalam mobil RS. Seorang polisi pun ikut masuk ke dalam mobil. RS yang berada di luar mobil lantas menjelaskan dirinya merupakan diplomat dan meminta kedua orang tersebut keluar dari mobil. Ravio dan polisi pun keluar dari mobil.
(Baca: Kritik Stafsus Jokowi, WhatsApp Aktivis Diretas Lalu Ditangkap Polisi)
Juru bicara kedutaan itu menjelaskan, diplomat kemudian mendatangi kantor polisi untuk memberikan keterangan. "Hal itu dilakukan untuk menunjukkan niat baik," bunyi pernyataan tertulis, Senin (27/4).
Penjelasan juru bicara kedubes Belanda itu mengklarifikasi isu miring yang beredar di media sosial mengenai intervensi seorang diplomat saat penangkapan Ravio.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan Ravio sempat memberontak kepada polisi saat hendak ditangkap dan langsung masuk ke mobil sedan yang dibawa RS sambil berteriak, "kalian tidak bisa menangkap saya. Saya di mobil diplomasi".
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, menangkap Ravio dengan dugaan menyebarkan pesan berisi hasutan dan ujaran kebencian. Polisi telah membebaskan Ravio pada Jumat (24/4) dengan status sebagai saksi dalam dugaan penyebaran bernada provokatif lewat aplikasi Whatsapp. Belakangan terbukti akun WhatsApp Ravio telah diretas dan digunakan untuk menyebarkan pesan provokasi.
(Baca: WhatsApp Diretas, Aktivis Ravio Justru Dikabarkan Ditangkap Polisi)
Direktur Eksekutif Safenet Damar Juniarto menjelaskan, Ravio Patra melaporkan kalau akun WhatsApp-nya diretas pada Rabu siang sebelum penangkapan. Ravio mencoba untuk menghidupkan kembali aplikasinya namun muncul peringatan “Anda telah mendaftarkan nomor Anda di ponsel lain.”
Damar bercerita bahwa Ravio mengecek pesan SMS di ponselnya, dan benar ada permintaan mengirim kode One Time Password (OTP). Damar pun meminta Ravio untuk segera melaporkan hal itu ke pengembang WhatsApp. Head of Security Whatsapp menyampaikan bahwa memang terbukti ada pembobolan akun.
Pelaku mengakali nomor pengguna untuk bisa mengambil alih WhatsApp yang sebelumnya didaftarkan dengan nomor ponsel Ravio. “Karena OTP dikirim ke nomer ponsel Ravio, besar kemungkinan pembobol sudah bisa membaca semua pesan masuk lewat nomer itu,” kata Damar.
Setelah dua jam, akun WhatsApp tersebut berhasil dipulihkan. Namun, peretas sudah menyebarkan pesan palsu yang memuat provokasi. Pesan tersebut bertajuk ‘Krisis sudah saatnya membakar’. Narasinya mengajak pengguna WhatsApp lainnya untuk berkumpul pada 30 April dan turut serta dalam aksi penjarahan nasional serentak. “Semua toko yang ada di dekat kita, bebas dijarah,” demikian bunyi pesan yang dikirim oleh peretas.
Damar menilai, motif penyebaran itu untuk menempatkan Ravio seolah-olah sebagai salah satu pembuat kerusuhan. Damar pun meminta Ravio untuk mematikan ponsel dan mencabut baterai perangkat, lalu pergi ke rumah aman. Dalam perjalanan menuju rumah aman itu, Ravio ditangkap polisi.
(Baca: Ahli IT Ungkap 9 Faktor Akun WhatsApp Diretas & Tips Menghindarinya)
(REVISI: Paragraf ketiga artikel ini diubah pada Selasa (28/4) pukul 10.00 dengan menambahkan informasi yang tepat.)