Adaptasi ke New Normal, Pola Hidup Apa Saja yang Harus Dijalankan?

Sorta Tobing
28 Mei 2020, 19:54
pola hidup new normal, virus corona, new normal, covid-19, pandemi corona
ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.
Pegawai swalayan Carrefour menunjukkan poster 'Aturan New Normal Ritel' kepada pengunjung di BG Junction, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/5/2020).

Setelah hampir tiga bulan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, pemerintah berencana melonggarkan pembatasan sosial tersebut. Namun, pandemi corona masih berlangsung. Pilihannya adalah masuk ke tata cara hidup baru atau new normal.

Presiden Joko Widodo sempat menyebut masyarakat harus kembali produktif. “Kami ingin sekali lagi bisa masuk ke normal baru, tatanan baru. Dan kami ingin muncul sebuah kesadaran yang kuat, kedisplinan yang kuat,” kata Jokowi pada Selasa (26/5).

Kedisplinan itu termasuk memakai masker saat di luar rumah, rajin cuci tangan, menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh, serta menjaga jarak. Proses adaptasi menuju pola hidup baru tersebut tidak mudah. Psikologi Klinis Ida Ayu Saraswati Indraharsani mengatakan penerapan new normal dapat mempengaruhi kesehatan mental.

Pasalnya, banyak tantangan harus dihadapai masyarakat untuk menjalankan kehidupan tersebut. “Dalam proses masuk ke kehidupan itu, seseorang mungkin saja menolak beradaptasi yang akhirnya menjadi stres,” kata Saraswati, mengutip dari Antara, Senin (28/5).

(Baca: Industri Hotel dan Restoran Diprediksi Sulit Pulih saat New Normal)

Psikolog di Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Badung, Bali, itu menekankan penting kesehatan mental sebelum mulai masuk ke new normal. Hal tersebut bukan persoalan kejiawaan, tapi juga berpikir rasional untuk mengekspresikan emosi dan berperilaku tepat.

Anak-anak perlu mendapat pembekalan untuk menghadapi normal baru. “Salah satu persiapan yang dapat orang tua lakukan adalah memberikan gambaran mengenai penyebab Covid-19 dan kondisi lingkungan sekitar,” ucap psikolog Klinik Pela 9 Wanda Anastasi.

Pemahaman sederhana untuk anak-anak tentang norma hidup baru adalah kembali berkegiatan normal dengan tetap menjaga protokol kesehatan karena pandemi masih terjadi. Secara fisik, menurut Wanda, mereka juga harus dibiasakan displin menjaga kebersihan dan kesehatan diri, serta tetap menjaga fisik saat berinteraksi dengan teman atau orang lain.

(Baca: MUI Usul Salat Jumat Dibagi Tiga Gelombang Saat Fase New Normal)

Lantas, apa saja pola hidup new normal di tengah pandemi Covid-19? Berikut daftarnya:

RAZIA PENERTIBAN PENGGUNAAN MASKER
Seorang polisi melakukan razia penertiban penggunaan masker selama pandemi corona. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/aww.)

1. Masker adalah benda wajib

Setiap keluar rumah, setiap orang wajib memakai masker. Cara ini bukan hanya untuk melindungi diri dari infeksi virus corona, tapi juga menghindari orang di sekitar tertular. Seseorang yang terinfeksi Covid-19 belum tentu menunjukkan gejala, tapi ia sudah pasti dapat menularkannya ke orang lain kalau tidak mematuhi protokol kesehatan.

MAHASISWA BERTAHAN DI ASRAMA
Para mahasiswa melakukan olahraga di asrama selama pandemi corona. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.)

2. Jaga kebersihan dan kesehatan diri

Setelah hampir tiga bulan melakukan isolasi, tentu tak mudah untuk kembali berinteraksi atau berada di sekitar orang banyak. Kekhawatiran takut tertular pasti membayangi Anda.

Strateginya sebenarnya sederhana. Setiap berada di luar rumah, Anda perlu ingat untuk menjaga jarak dengan orang lain, rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik, makan dengan gizi seimbang, rutin berolahraga dan berjemur, serta istirahat yang cukup. Para ahli percaya semua aktivitas ini dapat menghindari Anda tertular dari Covid-19 dan meningkatkan imunitas tubuh.

(Baca: Mengenal R0 dan Rt yang Jadi Acuan Pemerintah untuk Masuki New Normal)

Ketika kembali ke rumah, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 menuliskan protokolnya. Ada tiga langkah yang harus dilakukan.

Pertama, jangan bersentuhan dengan anggota keluarga sebelum membersihkan diri, yaitu mandi dan mengganti pakaian kerja. Kedua, cuci pakaian dan masker dengan deterjen. Terakhir, bersihkan telpon selular atau ponsel, kacamata, dan tas dengan disinfektan.

PENERAPAN KEBIJAKAN CEGAH COVID-19 DI BANK
Ilustrasi menabung di bank di tengah pandemi corona. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.)

3. Lebih banyak menabung, kurangi pengeluaran

Hampir tiga bulan ini mungkin pengeluaran Anda menjadi lebih terarah untuk kebutuhan penting, bukan berbelanja impulsif. “Perilaku konsumen di dunia pasca-karantina adalah lebih konservatif dengan pengeluaran mereka,” tulis hasil analisis Glenmede yang dipimpin oleh Jason Pride, dikutip dari Forbes.

Pola ini konsisten dengan setiap terjadi krisis. Pada saat krisis keuangan global 2008-2009, tingkat orang yang menabung di Amerika Serikat naik 2%. Sebuah survei McKinsey & Company juga menujukkan warga di negara itu akan tetap bersikap konservatif dalam kondisi normal baru.

Kemunculan virus corona membuat orang lebih berhemat. Masa depan terlihat tidak pasti dan rapuh. Banyak orang tidak mau mengambil risiko, apalagi membeli barang-barang tidak perlu. Kalau kondisi perekonomian memburuk, lebih baik memang menabung daripada berbelanja. Perilaku ini layaknya peribahasa sedia payung sebelum hujan.

(Baca: Masuki New Normal, Apa Saja Protokol Kesehatan di Kantor?)

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...