Survei: Jumlah Orang RI yang Tidak Takut Tertular Covid-19 Meningkat
Survei Nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa sekitar 28% warga tidak takut tertular Covid-19. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan survei pada 16-19 Oktober 2020.
Manajer Kebijakan Publik SMRC, Tati Wardi, mengatakan hasil survei nasional SMRC itu dilaksanakan pada 16–19 Desember 2020 melalui wawancara per telepon kepada 1.202 responden yang dipilih secara acak. Margin of error survei diperkirakan +/-2.9%.
“Ketika itu persentase yang tidak takut baru 16%, sekarang meningkat menjadi 28%,” ujar Tati pada rilis daring survei nasional SMRC bertajuk “Kepercayaan Publik Nasional pada Vaksin dan Vaksinasi Covid-19” pada Selasa (22/12).
Sebaliknya, proporsi warga yang takut tertular Covid-19 mengalami penurunan dari 84% pada survei 7-10 Oktober 2020 menjadi 71% dalam survei 16-19 Desember 2020. Tati mengatakan kecenderungan kekhawatiran pada Covid-19 berpengaruh terhadap kesediaan mengikuti vaksinasi virus corona.
Menurut survei SMRC tersebut, 40% warga yang menyatakan takut tertular Covid1-9 bersedia divaksinasi. Sedangkan hanya 29% warga yang menyatakan kurang/tidak takut pada Covid 19 yang bersedia.
“Dengan kata lain, semakin tinggi keyakinan warga bahwa mereka tidak akan tertular, semakin rendah keinginan mereka untuk bersedia divaksinasi,” kata Tati.
Penurunan proporsi warga yang merasa takut tertular Covid-19 ini konsisten dengan penurunan tingkat keyakinan publik tentang jumlah kasus yang terinsfeksi virus Corona (Covid-19). Pada awal Oktober 2020 sekitar 82% warga yakin bahwa jumlah kasus positif Covid-19 semakin banyak. Namun proporsi tersebut menurun menjadi 65% dalam survei terakhir (16-19 Desember 2020).
Padahal, kasus Covid-19 memang terus meningkat. Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito, angka kasus aktif nasional berada di angka 15,08% pada 13 Desember 2020.
Angka tersebut lebih tinggi dari angka tertinggi kasus aktif pada November 2020 sebesar 13,78%. "Tentunya ini bukan perkembangan yang diharapkan," ujar Wiku dalam konferensi pers Kamis (17/12).
Wiku pun menyebut Indonesia tidak boleh terus menerus membiarkan penambahan kasus aktif. Protokol kesehatan harus menajdi kunci untuk menekan laju penularan.
"Sehingga penambahan kasus positif harian, tidak semakin tinggi, dengan begitu angka kasus aktif dapat ditekan," ujar Wiku.
Meningkatnya angka kasus aktif terjadi karena jumlah orang yang terinfeksi virus corona terus bertambah. Hal itu menyebabkan angka kesembuhan melambat.
"Untuk itu kepada pemerintah daerah diminta memperhatikan kualitas pelayanan kesehatan agar angka kesembuhan dapat ditingkatkan dan dapat berkontribusi pada penurunan kasus aktif," kata Wiku.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan