Mayong Merapun, Hutan Konservasi Dalam Konsesi Sawit
Perubahan peruntukan dari hutan menjadi perkebunan dapat mengubah lanskap ekosistem flora dan fauna. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan perkebunan yang memiliki komitmen keberlanjutan memastikan agar operasional perkebunan bebas deforestasi, hasil kebun bisa ditelusuri, dan mempertahankan keanekaragaman hayati yang ada.
Salah satu upaya menerapkan perkebunan berkelanjutan ialah dengan melakukan konservasi di wilayah konsesi. Melalui komitmen untuk melindungi keanekaragaman tumbuhan, satwa, serta ekosistemnya, perusahaan perkebunan kelapa sawit juga dapat menjaga stok karbon di area konservasinya. Dengan demikian, dikembangkannya kawasan konservasi ini dapat menjaga lingkungan, ekosistem serta harmonis dengan pengembangan aktivitas perkebunan.
Potensi Hutan Konservasi dalam Konsesi
Sebagai salah satu perkebunan kelapa sawit yang berkomitmen terhadap kelestarian keanekaragaman hayati flora maupun fauna, Triputra Agro Persada (TAP Group) memiliki area konservasi yang terletak di salah satu konsesi anak perusahaannya, yaitu PT General Aura Semari (PT GAS) dengan nama Konservasi Hutan Mayong Merapun (HMM). Area konservasi Hutan Mayong Merapun seluas lebih dari 600 hektar atau 20,5% dari total konsesi PT GAS ini terletak di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Penetapan HMM sebagai area konservasi didahului dengan kajian ilmiah mendalam yang dilakukan di tahun 2018 tentang keanekaragaman hayati di dalam kawasan tersebut. Bekerja sama dengan Pakar Ahli Ekosistem dari Ecology and Conservation for Tropical Studies (ECOSITROP), kajian dilakukan melalui beberapa pendekatan. Pertama, metode survei transek atau metode jalur untuk memeriksa dan memastikan panjang dan lebar jalur vegetasi sesuai kontur tanah dan kerapatan tegakan. Kedua, survei drone untuk memotret secara detail objek penelitian. Ini dimungkinkan karena drone dikendalikan peneliti, sehingga bisa memilih mana objek yang akan digali lebih dalam. Ketiga, camera trap atau perangkap kamera. Metode ini menggunakan kamera jarak jauh yang dilengkapi sensor gerak atau sensor inframerah. Metode ini bermanfaat untuk memonitor kehidupan satwa liar di hutan, sehingga bisa diketahui jumlah satwa anak, remaja, sampai dewasa. Selain itu juga bisa memonitor populasi binatang yang biasanya sulit ditemukan secara langsung.
Hasil kajian tersebut menunjukkan, struktur dan komposisi tegakan hutan masih baik, dan terdapat ratusan jenis pohon yang bisa menjadi sumber makanan bagi satwa liar di dalamnya. Ditambah, bisa mengetahui jumlah populasi hewan sesuai umurnya.
Flora Hutan Mayong Merapun
Pohon | Jumlah |
Jenis | 102 |
Famili | 39 |
Jenis Tumbuhan | Jumlah |
Herba | 25 |
Liana | 12 |
Palma | 1 |
*Berdasarkan hasil in-depth Assessment 2018
Di dalam HMM juga terdapat berbagai jenis burung, mamalia, reptil, amfibi, dan kupu-kupu. Sebagian di antaranya merupakan binatang yang dilindungi berdasarkan standar lembaga internasional seperti Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan International Union for Conservation of Nature (IUCN), juga standar perlindungan pemerintah Indonesia. Fauna yang dimaksud adalah orangutan, owa kalawat, lutung merah, beruang madu, kijang muntjak, dan lainnya.
Fauna Hutan Mayong Merapun
Kategori | Jumlah Jenis | Jumlah Family |
Mamalia | 14 | 12 |
Burung | 85 | 35 |
Reptile & Amfibi | 20 | 8 |
Kupu-kupu | 29 | 6 |
Capung | 16 | 4 |
*Berdasarkan hasil in-depth Assessment 2018
Dengan ditemukannya beragam flora dan fauna di Kawasan HMM dan sebagai pengejewantahan komitmen keberlanjutan TAP Group, maka pada tahun 2018 manajemen Perusahaan memutuskan untuk menjaga Kawasan HMM.
Apa Itu Konservasi Multifungsi?
Istilah kawasan konservasi multifungsi digunakan sebagai wujud komitmen manajemen TAP Group agar keberadaan HMM bisa memberikan manfaat ekologi, sosial-budaya, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan pelestarian kawasan hutan tropis. Posisi kawasan hutan yang berada di hulu Sungai Mayong, juga dapat mendukung fungsi jasa lingkungan seperti pengendali banjir dan sumber air bersih bagi masyarakat sekitar.
Untuk mewujudkan kebermanfaatan tersebut, melalui kerjasama dan dukungan dari Universitas Mulawarman dan ECOSITROP, dikembangkan model pengelolaan konservasi multifungsi. Pertama, membuat zonasi berupa kawasan konservasi zona inti dan konservasi yang bisa dikunjungi. Kedua, proses pengamanan dan perlindungan kawasan melibatkan masyarakat lokal. Ketiga, melengkapi infrastruktur ramah lingkungan untuk keperluan pengamatan dan pemantauan. Serta keempat, pemberian label pohon (tree tagging) dan papan informasi satwa liar sebagai sarana edukasi pengenalan ekosistem HMM.
TAP Group berharap Kawasan HMM bisa menjadi model proses pembangunan areal konservasi dalam konsesi perkebunan kelapa sawit. Khususnya dalam proses pemanfaatan fungsi kawasan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan perlindungan biodiversitas di dalamnya. Model ini akan dikembangkan di area konservasi lainnya dalam kelompok usaha TAP Group.