WHO Sebut Triple Mutasi Covid-19 dari India sebagai Ancaman Global
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengklasifikasi varian virus corona asal India yaitu B.1.617 sebagai varian yang sangat mengkhawatirkan (variant of concern). Klasifikasi ini menunjukan WHO menganggap varian yang mengalami triple mutasi virus corona tersebut sebagai anacaman kesehatan global.
Varian B.1.617 dikenal mengalami triple mutasi atau mutasi tiga strain virus corona yang berbeda, dan membentuk varian baru. Mutasi tersebut ditemukan di negara bagian seperti West Bengal, Maharashtra, dan Delhi yang membuat penyebaran corona di India begitu cepat.
WHO memberi label varian of concern artinya virus asal India ini lebih menular, lebih mematikan atau resisten terhadap vaksin dan perawatan.
“Meskipun ada peningkatan penularan yang ditunjukkan oleh studi pendahuluan, kami tetap memerlukan lebih banyak informasi tentang varian virus ini,” kata Kepala Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove dalam konferensi pers, Senin (10/5).
Label ini mengalami peningkatan status setelah pekan lalu, WHO menyebut varian B.1.617 sebagai varian yang diawasi atau "variant of interest". WHO menyatakan ketika itu memerlukan lebih banyak penelitian untuk sepenuhnya memahami varian ini.
Varian B.1.617 diyakini sebagai penyebab dari adanya gelombang infeksi Covid-19 di India. Saat ini, rata-rata kasus harian baru di India mencapai 300 ribu kasus per hari, dengan angka kematian mencapai 4.000 orang dalam sehari.
Meski sempat ada keraguan atas efektivitas vaksin atas B.1.617, WHO tetap menganjurkan masyarakat India mendapat vaksin. Vaksin dianggap tetap efektif untuk mencegah penyebaran dan kematian pada orang yang terinfeksi varian ini.
100 Jenazah Mengambang di Sungai Gangga
Hingga Selasa (11/5) kasus harian di India mencapai 23 juta orang, dengan 3.876 orang meninggal dalam sehari. India mulai kesulitan menghadapi ledakan kasus Covid-19 yang bertambah sekitar 300 ribu per hari.
Pada Senin pagi, puluhan jenazah terlihat mengapung di sungai di kota Chausa, di perbatasan Bihar dengan Uttar Pradesh. Jenazah tersebut diperkirakan milik pasien Covid-19 yang tidak mampu dikuburkan atau dikremasi oleh keluarganya.
Kepala distrik Chausa Bihar, Ashok Kumar mengatakan, pada Senin (10/5) terdapat 40 hingga 45 jenazah yang mengapung di sungai tersebut. Ia mengatakan, hingga saat ini sudah ada kurang lebih 100 jenazah yang mengapung.
Menurut pejabat yang lain, jenazah tersebut sudah hampir seminggu berada di air. Hal ini dibuktikan oleh kondisi jenazah yang sudah membusuk.
“Mereka membengkak dan telah berada di air Setidaknya selama lima hingga tujuh hari. Kami membuang mayat-mayat itu. Kami perlu menyelidiki dari mana mereka berasal, kota mana di Uttar Pradesh, entah Bahraich atau Varanasi atau Allahabad,” kata KK Upadhyay, dilansir dari NDTV, Senin (10/5).
Akibat dari banyaknya jenazah yang mengapung di sungai, menimbulkan kepanikan di kota dan orang lain di sekitarnya tentang infeksi dari tubuh dan dari air sungai.
"Orang-orang takut tertular Covid. Kami harus menguburkan jenazahnya," kata seorang warga desa, Narendra Kumar, dilansir dari NDTV, Senin (10/5).