Menelusuri Sejarah Persuratan Melalui Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia dibangun pada 27 Juli 1920 dan memiliki luas gedung 700 meter persegi yang berdiri tegak di atas lahan tanah seluas 706 meter persegi. Museum ini dirancang oleh Ir. J. Berger dan Leutdsgebouwdienst dengan tampilan arsitektur khas Italia pada masa Renaissance. Kini, Museum Pos Indonesia ini merangkap sebagai kantor pos.
Meskipun bergabung dengan kawasan Gedung Sate, Museum Pos Indonesia secara administratif terletak di Jalan Cilaki No. 73, Kelurahan Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan. Secara geografis, museum ini berada pada koordinat 107º37'07,9" BT dan 06º54'05,4" LS.
Transportasi menuju Museum Pos Indonesia mudah digunakan melalui jalan raya menggunakan kendaraan pribadi roda 4 atau 2 ataupun menaiki kendaraan umum (bis/angkot) yang jalurnya mencapai museum ini.
Sejarah Museum Pos Indonesia
Kondisi museum ini sempat kurang terawat selama masa revolusi dan perang kemerdekaan. Mulai dari tanggal 18 Desember 1980, pihak pengelola museum menambah dan melengkapi koleksi dengan melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-benda sejarah yang dapat dijadikan koleksi museum.
Awalnya, museum ini bernama Museum PTT (Post Telepon Telegrap) lalu berganti nama menjadi Museum Pos dan Giro yang diresmikan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada Hari Bhakti Postel ke-38 yaitu 27 September 1983.
Saat itu, koleksi museum masih terbatas hanya menampilkan prangko. Pihak pengelola museum kemudian berinisiatif untuk menambah koleksi dan mempercantik museum dengan membuat diorama aktivitas pelayanan dan peralatan layanan pos untuk lebih mendekatkan masyarakat dengan dunia pos.
Sampai pada masa itu, museum sudah memiliki beragam koleksi yang berhubungan dengan sejarah pos selama lima masa pemerintahan yaitu dari masa Kompeni dan Bataafsche Republiek (1707-1803), masa pemerintahan Daendels (1808-1811), masa pemerintahan Inggris (1811-1816), masa pemerintahan Hindia Belanda (1866-1942), masa Jepang (1942-1945) dan masa Kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, Museum Pos Indonesia setidaknya telah berganti nama dan lambang sebanyak 5 kali. Perubahan pertama berganti nama menjadi Jawatan PTT pada tahun 1945 hingga 1961. Kemudian, berubah menjadi PN Postel pada tahun 1962 hingga 1965, diubah lagi menjadi PN Pos dan Giro pada tahun 1965 hingga 1978, dan yang terakhir menjadi Perum Pos dan Giro pada tahun 1978 hingga 1995.
Akhirnya, pada 20 Juni 1995, nama museum ini kembali diubah seiring dengan status perusahaan yang berubah dari Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia dan terbuka untuk umum.
Koleksi Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia menampilkan koleksi dalam tiga tema besar yaitu Koleksi Sejarah, Koleksi Filateli, dan Koleksi Peralatan Pendukung Layanan Pos. Museum Pos Indonesia menampilkan beragam prangko dari Indonesia dan mancanegara yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Total prangko yang ada di museum ini mencapai 131 juta keping perangko dan 200 koleksi peralatan pendukung pos yang berupa timbangan paket, alat cetak perangko, surat-surat berharga, armada pengantar surat, dan lain sebagainya.
Sebagian koleksi prangko ditampilkan dalam papan kayu yang dilindungi kaca sehingga bisa dinikmati langsung. Tetapi, ada sebagian koleksi yang hanya bisa dilihat dengan bantuan petugas sebab koleksi itu ditempel pada papan-papan yang disatukan secara vertikal.
Selain menyimpan peninggalan pos tersebut dalam ruang pameran, Museum ini juga memiliki ruang social center yang dapat diperuntukan bagi aneka kegiatan.
Fasilitas Museum Pos Indonesia
1. Gadget Win Audio Tour Guide
Fasilitas ini pertama diadakan pada tahun 2013. Fungsi utama silitas Gadget Win Audio Tour Guide adalah memudahkan pengunjung untuk merasakan pengalaman berkeliling museum secara menyenangkan tanpa mengurangi nilai informasi edukasinya.
Untuk menggunakan fasilitas ini, pengunjung dapat mengoperasikan sebuah perangkat yang memiliki tombol angka. Pengunjung dapat mendengarkan informasi audio, hanya dengan menekan angka sesuai dengan posisi objek pamer.
Saat ini, Win Audio Tour Guide memiliki 50 objek yang dapat dipelajari melalui informasi audio yang terdiri dari bahasa Indonesia dan Inggris. Tujuannya untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi secara lengkap dan akurat dalam menikmati indahnya benda-benda yang terdapat di Museum Pos Indonesia.
Dengan adanya panduan audio tersebut, diharapkan pengunjung semakin tertarik dengan museum dan dapat memahami objek yang ditampilkan agar dapat menikmati pengalaman di museum yang menyenangkan dan edukatif.
2. Ruang Koleksi Prangko
Koleksi prangko dipamerkan pada papan kayu yang dibingkai oleh pigura kaca yang berukuran besar. Namun, ada beberapa prangko di ditempatkan pada album. Bahkan perangko lain khusus ditempatkan pada lemari panjang.
Bagian paling unik dari ruang koleksi ini adalah tempat prangko yang khas dan memiliki daya tarik tersendiri. Namanya adalah vitrin, yaitu wadah prangko yang harus dibuka dengan cara menarik untuk bisa melihat koleksi prangko yang ada di dalamnya.
Koleksi prangko yang disimpan di Museum Pos Indonesia berasal dari berbagai periode. Mulai dari masa Hindia Belanda hingga masa kini. Prangko yang sangat unik pun ada di museum ini. Prangko tersebut unik karena peredarannya yang singkat yaitu tahun 1950 hingga 1951.
3. Ruang Koleksi Benda-Benda Bersejarah
Dalam ruangan ini, terdapat beragam benda yang digunakan untuk mendukung proses pos, yakni berupa timbangan pos, materai, mesin hitung, denah, peta, mesin pengikat , kantong, rak sortir, miniatur alat angkut pos, surat, piagam, mesin tik, mesin penjual prangko, seragam petugas pos, gerobak angkot, sepeda tua yang digunakan tukang pos dan masih banyak yang lainnya.
Kondisi barang-barang tersebut memang sudah tak seindah dahulu karena termakan oleh usia. Namun, barang-barang tersebut masih dirawat dengan baik dan memberikan gambaran tentang proses pos pada zaman dahulu.
4. Area Surat Emas Para Raja Nusantara
Pada bagian ini, terdapat ruang yang menampilkan surat emas, yaitu surat dari berbagai raja-raja nusantara kepada para Komandan dan Jendral Belanda. Surat emas menjadi catatan sejarah perkembangan surat di tanah air. Melalui pameran surat tersebut, pengunjung dapat menyaksikan cara komunikasi raja-raja Nusantara zaman dahulu dengan para penjajah.
Isi surat-surat tersebut beragam, mulai dari masalah perdagangan, ekonomi, dan politik. Media yang digunakan untuk menulis juga beragam, dari kulit binatang, daun lontar, kertas atau bilah bambu.
Perkiraan umur surat-surat emas ini mencapai ratusan tahun. Sebelumnya, surat-surat ini berada di salah satu museum di Inggris karena pihak Inggris ingin menyimpan surat yang hampir semuanya ditulis oleh raja-raja nusantara untuk Gubernur-Jenderal Inggris Thomas Stamford Bingley Raffles.
Demikian ulasan mengenai Museum Pos Indonesia. Berkunjung ke museum ini dapat memberikan kilas balik kehidupan bangsa Indonesia pada zaman dahulu. Surat, prangko, peralatan, dan benda-benda lain dalam Museum Pos Indonesia menjadi pengingat sejarah pos yang mulia dan berperan penting hingga saat ini.