Waspadai Lonjakan 19 Juta Orang di Jawa-Bali Pergi Liburan Akhir Tahun
Pemerintah mengawasi potensi lonjakan Covid-19 saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Apalagi dari survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan mencatat, ada 19,9 juta orang di Jawa-Bali yang akan melakukan perjalanan saat libur Nataru.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan peningkatan pergerakan penduduk tanpa protokol kesehatan yang ketat akan meningkatkan resiko penyebaran kasus. Untuk itu, pemerintah melakukan pembatasan mobilitas di sejumlah tempat tertentu.
"Wilayah Jawa-Bali diperkirakan akan melakukan perjalanan sekitar 19,9 juta, sedangkan Jabodetabek 4,45 juta," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam konferensi pers daring, Senin (25/10).
Bukan tanpa sebab, saat ini, mobilitas masyarakat ke Bali sudah setara dengan Nataru tahun lalu. Padahal, pergerakan masyarakat saat itu berujung pada lonjakan kasus Covid-19.
"Dan akan terus meningkat sampai akhir tahun ini, sehingga meningkatkan resiko kenaikan kasus," kata Luhut.
Oleh sebab itu Presiden Joko Widodo juga telah meminta jajarannya untuk segera mengambil kebijakan demi menekan potensi lonjakan kasus Covid-19 akibat libur Nataru. Salah satunya dengan kewajiban tes Polymerase Chain Reaction (PCR) bagi penumpang pesawat.
"Secara bertahap penggunaan tes akan juga diterapkan pada transportasi lainnya selama dalam mengantisipasi periode Nataru," ujar Luhut.
Sebelumnya, Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mayoritas mobilitas masyarakat Indonesia sudah mulai pulih per September 2021. Salah satunya terlihat dari rerata pergerakan masyarakat ke tempat belanja kebutuhan sehari-hari yang naik 20,5% dibandingkan kondisi normal sebelum pandemi.
Mobilitas masyarakat ke tempat perdagangan dan retail pun telah mencapai -1,9% dibandingkan kondisi normal. Sebelumnya, pergerakan masyarakat ke sektor ini sempat turun drastis pada Juli-Agustus lalu, yang masing-masing mencapai -20% dan -12,4% dibandingkan kondisi normal.
Selain itu, pergerakan masyarakat ke taman, tempat kerja, dan tempat transit juga mulai membaik jika dibandingkan beberapa bulan terakhir. Tercatat, masing-masing perubahan mobilitasnya mencapai -7,9%, -15.9%, dan -27,5% dibandingkan kondisi normal.
Pulihnya mobilitas masyarakat di luar rumah pada September 2021 terjadi salah satunya karena pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Pelonggaran kebijakan ini dilakukan pemerintah karena adanya tren penurunan kasus dan kematian Covid-19.