Mengenal Tanaman Porang dan Perbedaannya dengan Umbi-umbian Lain
Industri pertanian di Indonesia sedang diramaikan dengan kehadiran tanaman porang. Secara definisi, porang adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Porang dikenal juga dengan nama iles-iles. Di sisi lain porang juga dikenal sebagai tanaman coblok dengan nama latin Amorphophallus muelleri Bl.
Tanaman umbi-umbian ini dapat dikonsumsi dan aman untuk manusia. Porang juga masuk dalam anggota marga Amorphophallus. Karena masih sekerabat dan mirip penampilan dan manfaatnya dengan suweg dan walur, tak jarang porang sering kali dirancukan dengan kedua tanaman tersebut.
Walaupun sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh kultur pertanian masyarakat Indonesia, namun aspek budidaya tanaman tersebut, terutama pada tahap pengolahannya tidak berkembang. Masyarakat hanya mengambil dari pertanaman yang tumbuh liar di bawah tegakan pohon atau di sekitar hutan, dan menjualnya dalam bentuk umbi basah.
Tanaman Porang memiliki keunggulan pada sifatnya yang toleran terhadap naungan. Sehingga memungkinkan tanaman ini dibudidayakan di lahan hutan industri di bawah tegakan pohon jati, sonokeling, mahoni ataupun sengon.
Karena sifat tolerannya tersebut, dalam kurun beberapa tahun ini menjadi primadona. Selain itu porang menjadi populer karena mudah dibudidayakan, mempunyai produktivitas yang tinggi, hama/penyakit yang menyerang relatif sedikit, permintaan pasar baik dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Dari aspek budidayanya, untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal, diperlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula.
Memahami Perbedaan Porang, Suweg, Walur dan Iles-iles Putih
Setelah mengenal tanaman porang yang memiliki karakteristik toleran terhadap tanaman lain di sekitarnya, kini selanjutnya mempelajari perbedaan antara tanaman porang dengan beberapa umbi-umbian lainnya yang memiliki kemiripan. Tiga tanaman lain yang memiliki kemiripan dengan porang adalah suweg, walur dan iles-iles putih.
Untuk memahami lebih lanjut, berikut perbedaan dari keempat umbi-umbian yang dilansir oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian:
Ciri Khusus Porang
a. Memiliki ukuran daun yang lebar, ujung daun runcing dan berwarna hijau muda.
b. Permukaan pada kulit batang halus, berwarna belang-belang hijau dan putih.
c. Pada permukaan umbi tidak ada bintil, umbi berserat halus, dan berwarna kekuningan.
d. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun terdapat bubil atau katak. Umbi tidak dapat dikonsumsi langsung dan harus melalui proses pengolahan.
Ciri Khusus Suweg
a. Daun kecil, ujung daun runcing dan berwarna hijau.
b. Kulit batang agak kasar, berwarna belang-belang hijau dan putih.
c. Pada permukaan umbi banyak bintil (calon tunas) dan kasar, umbi berserat dan berwarna putih.
d. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun tidak terdapat bubil atau katak. Umbi dapat langsung dimasak.
Ciri Khas Walur
a. Daun kecil,ujung daun runcing dan berwarna hijau.
b. Batang berduri semu, motif totol-totol hijau dan putih
c. Pada permukaan umbi banyak bintil (calon tunas) dan kasar, umbi berserat kasar dan berwarna putih.
d. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun tidak terdapat bubil atau katak.
Ciri Khusus Iles-iles putih
a. Daun kecil, ujung daun runcing dan berwarna hijau tua.
b. Kulit batang halus berwarna keunguan dan bercak putih.
c. Pada permukaan umbi terdapat bintil, umbi berserat halus dan berwarna putih seperti bengkoang.
Kandungan dan Manfaat Tanaman Porang
Dikutip dari situs penelitian dan penggembangan Kementerian Pertanian, litbang.pertanian.go.id, bahwasanya porang juga mengandung sejumlah zat seperti yang dimiliki jenis umbi-umbian lain seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, serta serat pangan. Yang menjadi ciri khas porang adalah kandungan glukomannan di dalam karbohidratnya yang jauh lebih tinggi ketimbang umbi jenis lainnya.
Dalam studi yang telah dilakukan pada 1993, dilaporkan porang mengandung glukomannan hingga 55% dalam kondisi kering. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan saudaranya, suweg, yang hanya mengandung 0-3,1% glukomannan.
Kandungan glukomannan ini sangat ditentukan oleh umur tanaman pada saat panen. Jika tanaman dipanen pada satu periode tumbuh, kandungan glukomannan di dalam umbi antara 35-39%. Kadar tersebut akan terus meningkat sejalan dengan umur panen, yaitu 46-48% pada periode tumbuh kedua dan 47-55% pada periode tumbuh ketiga. Namun ketika tanaman mulai berbunga dan biji mulai masak, kadar glukomannan akan menurun hingga 32-35%.
Dari kandungan glukomannan tersebut, dapat dimanfaatkan pada berbagai industri pangan, kimia, dan farmasi, antara lain untuk produk makanan, seperti konnyaku, shirataki (berbentuk mie); sebagai bahan campuran/tambahan pada berbagai produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan lain-lain; bahan pengental pada produk sirup dan sari buah; bahan pengisi dan pengikat tablet; bahan pelapis (coating dan edible film); bahan perekat (lem, cat tembok); pelapis kedap air; penguat tenunan dalam industri tekstil; media pertumbuhan mikrobia; dan bahan pembuatan kertas yang tipis, lemas, dan tahan air.