Arifin Panigoro, Raja Minyak Indonesia yang Dukung Transisi Energi
Kabar duka datang dari industri energi nasional pada Senin (28/2). Pendiri Medco Energi Arifin Panigoro meninggal dunia dalam usia 76 tahun di Amerika Serikat pada Minggu (27/2) pukul 02.29 PM waktu Rochester Minneapolis USA atau Senin (28/2) pukul 03.29 AM WIB.
Arifin merupakan sosok penting dalam industri minyak dan gas di Tanah Air. Ia adalah pendiri sekaligus pemilik PT Medco Energi Indonesia Tbk, perusahaan pertambangan migas swasta terbesar di Indonesia.
Meski mendapat julukan "Raja Minyak Indonesia", Arifin dalam wawancara dengan Katadata.co.id pada 21 Maret 2021 menyatakan dukungannya terhadap transisi energi. Menurut Arifin, konsumsi minyak bumi di masa depan akan menurun. Belum lagi adanya tren adopsi bahan bakar listrik pada kendaraan. “Minyak sebenarnya tetap ada, tapi yang kecil-kecil seperti kami ini berpikir untuk berubah,” kata Arifin.
Medco saat ini telah memulai energi terbarukan saat berinvestasi di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla yang beroperasi 2017 lalu. Selain itu, ada pula investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bali dengan kapasitas 50 megawatt.
Menurut Arifin, transisi energi adalah sebuah keharusan. Kebijakan dalam transisi energi harus sangat terbuka dan koperatif dengan dunia untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain. Wawancara dengan Arifin dapat disimak di link ini dan link baca juga di bawah ini.
Pria kelahiran 14 Maret 1945 ini memulai usahanya sebagai kontraktor instalasi listrik door to door. Ia lalu memulai proyek pemasangan pipa secara kecil-kecilan. Medco kemudian dikenal saat memulai usaha pengeboran minyak tahun 1981, yang modalnya antara lain berasal dari bantuan pemerintah.
Salah satu tonggak sejarah Medco ialah ketika melakukan pembelian Stanvac yang dimenangkan melalui tender dan mengubah namanya menjadi Expan. Dengan pembelian itu, perusahaan minyak tertua di Indonesia itu sudah dimiliki sepenuhnya oleh Medco dan tak lagi dimiliki asing.
Arifin juga memiliki segudang cerita di bidang politik. Alumni Elektro Teknik Institut Teknologi Bandung ini sempat dituduh berupaya menggagalkan Sidang Umum MPR 1998 pelantikan Presiden Soeharto.
Tuduhan muncul karena ia melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh politik di Hotel Radisson. Selain itu, Arifin juga membagikan ribuan kotak makan untuk mahasiswa yang berdemo.
Arifin kerap menjalin hubungan dengan berbagai tokoh politik dan masyarakat. Saat partai-partai baru bermunculan pada 1998-1998, ia kerap menghadiri deklarasi partai baru. Arifin bersama Sudirman Said juga sempat menginisiasi gerakan untuk memunculkan cendikiawan muslim Nurcholis Madjid untuk menjadi presiden.
Pengusaha berdarah Gorontalo ini lantas bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 1999 dan terpilih sebagai anggota DPR. Ia juga sempat terpilih menjadi ketua DPP dan Ketua Fraksi PDIP pada 2002-2003. Arifin mengundurkan diri pada 2005 dan membentuk Partai Demokrasi Pembaruan bersama rekan-rekannya.
Adapun sejak Desember 2019, Arifin ditunjuk sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Dalam rekaman video yang diterima Katadata.co.id, Arifin yang melakukan percakapan telepon dengan Presiden Joko Widodo sangat tengah sakit, menyatakan keinginannya untuk sembuh dan berbuat sesuatu.