Teknologi Blockchain Dinilai Cocok untuk Indonesia
Perkembangan teknologi belakangan ini membuat semua negara untuk melakukan adaptasi, termasuk Indonesia. Perubahan pola transaksi pembayaran, dari mulanya menggunakan uang fisik, kini dapat dilakukan secara digital. Salah satu yang paling mencuri perhatian saat ini adalah teknologi blockchain.
Head, Binance Labs Fund, Bill Qian mengatakan, Indonesia memiliki keuntungan populasi dan ekonominya tumbuh dengan baik. Semua anak muda di Indonesia sangat paham internet. Alhasil, menurut dia, Indonesia memiliki keuntungan yang baik untuk mengadopsi penggunaan teknologi blockchain.
Di sisi lain, Indonesia memiliki pasar yang luas. Hal itu penting untuk melakukan inkubasi inovasi. Bill melihat, Indonesia sebagai pasar yang sangat penting untuk Binance dan perusahaan lain mencari proyek yang baik hingga bertukar protokol untuk berbagai startup. Terpenting, wirausaha Indonesia bisa mengambil keuntungan dari pertumbuhan pasar tersebut.
Apalagi, ekonomi Indonesia masih bertumbuh dan efisiensi dari efektivitas teknologi. "Saya rasa, teknologi blockchain sangat cocok untuk negara Indonesia dalam membantu banyak pihak menjalankan bisnisnya," kata Bill Qian dalam webinar Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2022 dengan tema 'Supercharge Digital Transformation through Blockchain', Selasa (5/4/2022).
Blockchain sendiri adalah sebuah rangkaian catatan data yang dikelola oleh sebuah sistem komputer. Di dalam blockchain sendiri tidak dimiliki oleh entitas apapun.
Adapun, Binance juga memiliki koinnya sendiri. Binance Coin (BNB) adalah salah satu token utilitas terbaik di dunia. Menariknya, BNB juga bisa digunakan di luar ekosistem Binance. Misalnya, membayar tagihan kartu kredit, membayar belanja daring, membayar ongkos traveling, hingga transfer antar aset kripto. BNB saat ini bernilai US$70 miliar.
Sementara itu, Bill berbicara tentang masa depan mata uang kripto. Ia telah berbicara dengan regulator di berbagai yurisdiksi. Hasilnya, mereka selalu ingin tahu apakah kripto seharusnya menjadi mata uang atau aset. Menurutnya, kripto bisa menjadi keduanya, aset ataupun mata uang.
"Saat kita bicara tentang bitcoin, ini adalah tujuan digital. Ini adalah aset, tapi ada beberapa pembeli bisa membayar dan menggunakan bitcoin untuk membeli sesuatu dari penjual. Dalam kasus tersebut, bitcoin bisa melebihi dari aset. Kini kita bisa membeli barang dan membayar dengan menggunakan bitcoin. Jadi mata uang kripto memiliki dua sisi, kadang sebagai pembayaran, kadang kala menjadi aset," jelasnya.
Kendati demikian, ia memprediksi bahwa ke depannya hanya sedikit jenis koin kripto yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Menurutnya, ke depan sebagian besar mata uang kripto lebih kepada aset karena untuk mencerminkan nilai startup tertentu atau proyek inovasi tertentu.
Kripto yang bisa digunakan untuk alat pembayaran dan aset, pastinya akan menimbulkan gejolak. Volatilitas kripto yang cukup tinggi, berpotensi sangat sulit untuk dianggap sebagai mata uang.
Namun, kata Bill, semua pihak perlu melihatnya di berbagai tahap berkaitan dengan stabilitas. Apabila berbicara tentang materi pembayaran untuk kripto, tentunya mata uang tersebut harus diadopsi secara luas dan mudah disampaikan, serta harus memiliki stabilitas tertentu.
Sementara kripto sebagai aset, menurut Bill, karena pada tahap awal dari mengemban industri dan sepertiga dasawarsa terakhir saat kita bicara tentang teknologi, pada dasarnya lebih banyak gejolak daripada stok barang konsumen.
"Jadi ini (kripto) adalah salah satu proyek inovatif dan harganya akan bergejolak, akan ada volatilitas," tegasnya.