Transisi Energi, PT Adaro Energy Fokus ke PLTS & PLTA
PT Adaro Energy Tbk akan mulai melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. CEO PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir mengatakan, Adaro akan fokus ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan juga PLTA.
“Ini ada dua opportunity besar, negeri ini mendapat anugerah Tuhan yaitu sinar matahari yang berlimpah, tapi energi solar tidak bisa 24 jam jadi mesti dikombinasikan dengan hydro, gas, batubara jadi mixed energy,” kata Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir saat berbincang dengan Co-Founder & CEO Katadata Metta Dharmasaputra beberapa waktu lalu di Los Angeles, Amerika Serikat dan ditayangkan pada event IDE Katadata 2022, Rabu (6/4/2022).
Menurut Boy, PT Adaro Energy sudah mempunyai PLTS dengan skala kecil di Kalimantan Selatan dan akan mengembangkan PLTS lainnya di Batam, Bintan dan Kalimantan Utara.
“Adaro juga harus bertransformasi yang tadinya coal related businesses, kita harus ikuti kondisi zaman. Jadi kita harus transformasi dari based on batubara saya ma uke renewable energy. Dalam visi saya, itu akan lebih proaktif ke PLTA,” kata Boy.
Boy menambahkan, Indonesia punya sumber daya yang besar untuk mengembangkan PLTA. Selain itu, dia juga punya lahan sawit yang luas di Kalimantan Utara yang akan dikembangkan untuk menjadi renewable energy.
Kata dia, Adaro akan mengembangkan hydro dan juga industrial estate serta turunannya di Kaltara. Proyek ini tidak bisa selesai dalam waktu 1-2 tahun. Menurut Boy, dalam waktu 10-15 tahun akan rampung perjalanan dari batubara menjadi energi terbarukan.
Boy menambahkan, tidak lama lagi akan ada teknologi yang dikenal dengan nama carbon captured. Teknologi tersebut bisa membuat PLTU menghasilkan energi yang ramah lingkungan. Saat ini, teknologi tersebut masih mahal tapi dalam waktu 10 tahun lagi bisa jadi teknologi tersebut sudah bisa terjangkau.
Boy mengakui, dunia saat ini tengah melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan.
“Kita tidak bisa bergantung hanya kepada satu sumber energy, itu akan sangat berbahaya. Jadi ke depan menurut saya yang akan terjadi adalah mixed energy. Karena kalau tergantung kepada satu sumber energi dan terjadi disrupsi maka akan kolaps,” jelas Boy.
Boy menambahkan, Adaro saat ini juga sudah masuk ke industri aluminium dengan membangun Green Aluminium Project di Kalimantan Utara. Menurut Boy, salah satu cita-citanya adalah semua bahan baku untuk kebutuhan mobil listrik akan dibuat di Indonesia.
Indonesia mempunyai kandungan mineral yang berlimpah seperti aluminium dan nikel yang merupakan bahan baku baterai mobil listrik. Karena itu, Adaro akan memproduksi aluminium yang ramah lingkungan yang mempunyai nilai jual lebih mahal dibandingkan aluminium biasa.
“Saya yakin Indonesia akan punya peranan besar dalam perkembangan industri mobil listrik di masa yang akan datang,” ungkap Boy.