Lindungi Anak dari Cyberbullying, Edukasi Jadi Kunci

Sahistya Dhanesworo
Oleh Sahistya Dhanesworo - Tim Riset dan Publikasi
28 April 2022, 18:40
Salah satu penyebab maraknya cyberbullying adalah ketidaktahuan pelaku atas dampak negatif tindakannya.
pixabay.com

Kemajuan teknologi memungkinkan manusia untuk berinteraksi tanpa harus bertatap muka. Kemudahan yang diberikan oleh kemajuan teknologi semakin terasa seiring menjamurnya platform media sosial yang tak hanya memiliki fungsi komunikasi tetapi juga informasi dan rekreasi.

Kemudahan tersebut tak hanya dirasakan kelompok usia dewasa tetapi juga anak-anak dan remaja. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik per 2019, 48,2 persen anak-anak berusia 7 - 17 tahun sudah mengakses internet. 

Para anak dan remaja tersebut menggunakan internet untuk beberapa tujuan. Selain bermedia sosial, juga untuk hiburan dan fungsi pembelajaran. 

Ibarat dua sisi uang koin, kemajuan teknologi bukan hadir tanpa risiko. Salah satu ancaman dari penggunaan internet adalah cyberbullying atau perundungan siber. 

Data dalam UNICEF Report 2021 sebanyak 45 persen anak berusia 14 - 24 tahun pernah mengalami perundungan siber. Survei lain dari UNICEF juga menunjukkan, kasus cyberbullying meningkat selama pandemi Covid-19 seiring dengan meningkatnya penggunaan gawai untuk berbagai keperluan.

Mengutip penjelasan Anna Surti Ariani dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia yang dilansir dari Antara, penyebab anak melakukan cyberbullying adalah lantaran merasa kuat, harga diri rendah, kurang empati, ingin populer, serta tidak sadar akan  dampak yang ditimbulkan.

Bentuk cyberbullying yang paling umum ditemui adalah komentar-komentar yang bertujuan menghina, menyakiti, mengintimidasi, menyebar kebohongan, serta menyebarkan foto korban untuk dijadikan bahan ejekan.

Dampak cyberbullying terhadap anak-anak tidak bisa dianggap enteng. Founder Yayasan Sejiwa Diena Haryana, dilansir Antara pula, mengatakan bahwa dampak perundungan bisa membekas hingga waktu lama bahkan berujung depresi dan bunuh diri.

Psikolog Anna Surti Ariani membagikan beberapa tips agar anak-anak tidak menjadi korban cyberbullying. Pertama, membatasi penggunaan gawai. Kedua, mengedukasi tentang dampak negatif perundungan siber. 

Ketiga, membatasi konten dan aplikasi yang ada pada gadget anak. Keempat, menjadi role model yang baik dalam berperilaku di dunia maya. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...