Kemenangan Marcos Jr di Filipina dan Sorotan atas Rekam Jejak Ayahnya
Ferdinand Marcos Jr telah memenangkan Pemilihan Presiden Filipina tahun ini. Ia mengungguli pesaingnya yakni Wakil Presiden inkumben Leni Robredo hingga senator Manny Pacquiao.
Mantan Gubernur Provinsi Ilocos Norte itu juga telah mendapatkan ucapan selamat dari para pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping.
"Kami ingin membangun hubungan kerja yang baik dengan Presiden terpilih Marcos, mematuhi bertetangga dan persahabatan yang baik,” kata Xi dikutip dari Al-Jazeera, Kamis (12/5).
Terpilihnya politisi dengan panggilan Bongbong ini mengembalikan dinasti Marcos ke Istana Malacanang. Ia adalah anak kedua dari Ferdinand Marcos Sr terkenal sebagai diktator yang memimpin Filipina sejak 1965 hingga 1986.
Dikutip dari berbagai sumber, Ferdinand Romualdez Marcos Jr lahir di Manila pada 13 September 1964. Ia sempat mengenyam pendidikan di Jurusan Filosofi, Politik, dan Ekonomi (PPE) Universitas Oxford, namun tak diselesaikannya. Begitu pula kuliah lanjutannya sebagai Master Administrasi Bisnis di Universitas Pennsylvania juga tak rampung.
Ia berusia 23 tahun saat pertama kali memegang jabatan sebagai Wakil Gubernur Ilocos Norte pada 1980, mencalonkan diri dengan partai ayahnya. Berselang tiga tahun kemudian, dia naik pangkat sebagai Gubernur di kampung halamannya tersebut.
Belum lama menjabat sebagai gubernur, tahun 1986 Bongbong harus meninggalkan Filipina setelah Ferdinand Marcos digulingkan dalam gerakan rakyat. Selama tiga tahun, ia bersama keluarganya tinggal di Hawaii, Amerika Serikat.
Tahun 1989, Ferdinand Marcos meninggal dunia. Tidak lama dari itu, Presiden Corazon Aquino memberikan izin keluarga Marcos untuk kembali pada 1991.
Bongbong lalu kembali mengikuti kontestasi politik dan terpilih lagi sebagai Gubernur Ilocos Norte pada 1998. Jabatan tersebut diembannya selama tiga periode hingga 2007.
Tahun 2010, ia mengikuti pemilihan Anggota Senat Filipina dan terpilih. Lima tahun kemudian, dia mengumumkan akan ikut kontestasi politik pusat sebagai calon Wakil Presiden, namun kalah oleh Leni Robredo.
Terpilihnya Bongbong menimbulkan kekhawatiran kembalinya rezim Marcos di panggung tertinggi politik jiran RI tersebut. Ini lantaran kepemimpinan sang ayah ditandai dengan pemerintahan otoritarian, brutal, hingga korup.
Marcos memberlakukan darurat militer di Filipina pada 1972 hingga 1986 dengan alasan stabilitas politik. Di masa itu, ribuan orang tertangkap hingga terbunuh tanpa melewati proses pengadilan.
Ibu Bongbong, Imelda Marcos juga terkenal karena pemborosan dan pengeluarannya yang berlebihan saat suaminya menjabat Presiden. Imelda bahkan dinyatakan bersalah melakukan korupsi pada tahun 2018 tetapi mengajukan banding dan tidak pernah masuk penjara.
Otoritas Filipina telah memulihkan kurang dari setengah kekayaan yang dicuri dan kasus-kasus yang masih aktif tetap ada dari keluarga tersebut. Pajak properti yang belum diselesaikan dari keluarga Marcos diperkirakan sekarang bernilai $3,9 miliar.
Akademisi mempertanyakan kondisi ekonomi, masyarakat sipil, hingga kebebasan pers dan potensi kembalinya darurat militer dalam kepemimpinan Bongbong Marcos enam tahun ke depan. "Ini pertanyaan bagi mereka yang menentang kembalinya Marcos ke tampuk kekuasaan," kata sosiolog dari Universitas Ateneo de Manila Jayeel Cornelio dikutip dari CNN, Kamis (12/5).