Strategi Kemenkop Kejar Digitalisasi dan Program 1 Juta Wirausahawan

Andi M. Arief
28 Juni 2022, 12:41
UMKM
Katadata/You Tube
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam acara "Bangga UMKM Indonesia 2022" yang diadakan kerja sama Kemekop UMKM dan Katadata, Selasa (28/6/2022).

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menargetkan digitalisasi pelaku usaha mikro, kecil  dan menengah (UMKM) sebanyak 30 juta pada 2024. Hingga saat ini, hanya 19 juta pelaku UMKM yang berhasil melakukan digitalisasi.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan masih ada 11 juta pelaku UMKM yang perlu memproses digitalisasi pada 2022-2024. Dia menilai program ini sebagai langkah pertama dalam meningkatkan kapasitas UMKM dalam perekonomian nasional.

"Target kami ingin mereka (pelaku UMKM) tidak lagi usaha informal, (tapi) sebagai buffer economy. Sekarang kami dorong (pelaku UMKM) memiliki badan usaha," kata Teten dalam acara webinar "Bangga UMKM Indonesia 2022" yang diadakan kerja sama Kemenkop UKM dan Katadata, Selasa (28/6).

Teten mengatakan pemilikan badan usah oleh pelaku UMKM relatif lebih mudah dengan terbitnya Undang-Undang (UU) No. 11-2020 tentang Cipta Kerja. Dengan menjadi badan usaha, pelaku UMKM dapat memiliki nomor induk berusaha (NIB).

Teten berpendapat pelaku UMKM akan lebih mudah mendapatkan akses pembiayaan formal dan pengajuan berbagai sertifikasi dengan memiliki NIB.

Selain digitalisasi UMKM, Teten juga mendorong kemitraan antara pelaku UMKM dan industri besar. Teten menilai kemitraan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan UMKM di dalam negeri dan meningkatkan indeks rantai pasok di dalam negeri.

"(Indeks rantai pasok) kita masih 41% kalau bicara global value chain, masih sangat rendah," kata Teten.

Program Satu Juta Wirausahawan

Teten mengatakan target terpenting pemerintah saat ini adalah menambah satu juta wirausahawan mapan baru. Salah satu strategi yang digunakan adalah inkubasi bisnis bagi pelaku UMKM yang dinilai dapat meningkatkan kapasitas usahanya.

Sebagian sektor yang dilihat Teten untuk dimasukkan ke dalam inkubasi tersebut adalah pelaku UMKM perempuan. Teten mencatat sebanyak 64% dari total pelaku UMKM adalah perempuan.

"Kebanyakan di (sektor) kuliner dan itu (skalanya) mikro. Problemnya adalah produktivitas dan kualitas produk, dan sebagin bisnis perempuan ini lebih ke survival economy," kata Teten.

Artinya, sebagian pelaku UMKM perempuan menjadikan usahanya sebagai cara untuk bertahan hidup. Beberapa bentuk bisnis yang dilakukan oleh pelaku UMKM perempuan ini adalah membuka warung.

Oleh karena itu, Teten baru bisa mendampingi sebagian pelaku UMKM perempuan tersebut agar tidak kalah bersaing dengan pelaku usaha berskala besar. Beberapa langkah yang akan dilakukan adalah memberikan akses pembiayaan kepada pelaku UMKM perempuan.

"Tapi, sebagian dari mereka ada yang bisa kami tingkatkan kapasitas usahanya Ini yang akan kita masukkan ke inkubasi supaya bisa mengembangkan produknya," kata Teten.

Adapun Rektor Universitas Prasetiya Mulya Prof Djisman Simandjuntak mengatakan, transformasi digital UKM bukan hanya di bidang logistik dengan platform sebagai pangkalan. Namun, proses produksi UKM juga harus mengalami perubahan teknologi dan ini menjadi kunci pengembangan usaga kecil dan menengah.

“Dia harus mengalami teknologisasi, sumber utama pertumbuhan adalah perubahan teknologi. Sekarang ini kita menghadapi zaman di mana teknologi itu memasuki segala proses yang diperlukan di dalam bisnis,” kata Djisman.

Djisman menambahkan, perubahan teknologi sangat pro perempuan. Dengan teknologi kendala yang dihadapi perempuan menjadi lebih mudah.

“Ketika UKM terjepit masuk sektor survival tapi untuk tumbuh perlu lebih dari itu antara lain dengan teknologisasi,” ujar Djisman.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...