Jokowi Ingin Jembatani Komunikasi Rusia-Ukraina, Bisa Hentikan Perang?

Patricia Yashinta Desy Abigail
1 Juli 2022, 21:45
jokowi, ukraina, rusia
ANTARA FOTO/BPMI-Laily Rachev/rwa.
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Presiden menyatakan siap menjadi jembatan komunikasi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar kedua pihak mencapai perdamaian.

Presiden Joko Widodo telah menyelesaikan kunjungannya ke Ukraina serta Rusia. Di akhir kunjungan, Jokowi juga menawarkan diri kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjadi jembatan perdamaian antara dua negara yang berkonflik tersebut.

“Saya telah sampaikan pesan Presiden Zelensky untuk Presiden Putin dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi," kata Jokowi di Moskow, Kamis (30/5).

Namun apakah Jokowi mampu menjadi juru damai antara Rusia dan Ukraina?

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana mengatakan tawaran Jokowi ini adalah gestur dan niat baik. Meski demikian ia mengatakan perdamaian secara cepat akan sulit terimplementasi.

"Tentu tidak bisa serta merta setelah Bapak Presiden pergi dari Rusia, terus kemudian akan akan berhenti (perangnya),"jelas Hikmahanto kepada Katadata.co.id, Jumat (1/7).

Namun Hikmahanto mengatakan strategi yang digunakan Jokowi telah tepat dengan mengangkat soal perdamaian di depan Putin, Zelensky, hingga G7. Ini lantaran negara-negara tersebut harus paham jika serangan terus dilakukan, maka akan ada miliaran orang yang terancam.

Presiden Joko Widodo saat meninjau apartemen yang hancur di Irpin, Ukraina, Rabu (28/6). Foto: Lalily Rachev (Biro Pers Sekretariat Presiden).
Presiden Joko Widodo saat meninjau apartemen yang hancur di Irpin, Ukraina, Rabu (28/6). Foto: Lalily Rachev (Biro Pers Sekretariat Presiden). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

"Jadi tidak hanya untuk Rusia, tapi juga ke Ukraina dan terutama Amerika Serikat dan sekutunya yang ada di G7," katanya.

Sedangkan dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Riza Noer Arfani mengatakan keberhasilan menjembatani kedua negara tergantung oleh Indonesia. Meski demikian, ia meminta Jokowi dan pemerintah memastikan bahwa konflik tak terlalu berdampak ke sisi ekonomi.

"Memastikan rantai pasok pangan serta sanksi yang diterapkan kepada Rusia itu tidak merugikan dan berdampak luas," katanya.

Jamuan Meja Kecil

Dalam pertemuannya, Jokowi berbincang dengan Putin di sebuah ruangan Istana Kremlin, Rusia.  Terlihat keduanya sedang berbincang dengan meja kecil di tengahnya.

Hal ini berbeda dengan pertemuan Putin sebelumnya bersama Presiden Perancis Emanuel Macron yang menggunakan meja panjang. Riza mengatakan bahwa meja tersebut punya kaitan mengenai hubungan Indonesia dan Rusia. 

Presiden Joko Widodo (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan)
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) (Kremlin.ru)

"Jadi yang disimbolkan oleh pertemuan dengan Pak Jokowi itu adalah keakraban, kenyamanan dan bisa dianggap sebagai genuine peacebroker (perantara perdamaian)  ya,"kata Riza.

RI bisa menunjukkan bahwa dalam diplomasi internasional tidak perlu kepentingan dan konsisten mempertahankan sikap. Ia juga menilai bahwa kunjungan ini sangat dimanfaatkan oleh Jokowi bahwa negara harus bersikap adil dan menjadi penengah. 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...