Jokowi Ingin Jembatani Komunikasi Rusia-Ukraina, Bisa Hentikan Perang?
Presiden Joko Widodo telah menyelesaikan kunjungannya ke Ukraina serta Rusia. Di akhir kunjungan, Jokowi juga menawarkan diri kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjadi jembatan perdamaian antara dua negara yang berkonflik tersebut.
“Saya telah sampaikan pesan Presiden Zelensky untuk Presiden Putin dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi," kata Jokowi di Moskow, Kamis (30/5).
Namun apakah Jokowi mampu menjadi juru damai antara Rusia dan Ukraina?
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana mengatakan tawaran Jokowi ini adalah gestur dan niat baik. Meski demikian ia mengatakan perdamaian secara cepat akan sulit terimplementasi.
"Tentu tidak bisa serta merta setelah Bapak Presiden pergi dari Rusia, terus kemudian akan akan berhenti (perangnya),"jelas Hikmahanto kepada Katadata.co.id, Jumat (1/7).
Namun Hikmahanto mengatakan strategi yang digunakan Jokowi telah tepat dengan mengangkat soal perdamaian di depan Putin, Zelensky, hingga G7. Ini lantaran negara-negara tersebut harus paham jika serangan terus dilakukan, maka akan ada miliaran orang yang terancam.
"Jadi tidak hanya untuk Rusia, tapi juga ke Ukraina dan terutama Amerika Serikat dan sekutunya yang ada di G7," katanya.
Sedangkan dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Riza Noer Arfani mengatakan keberhasilan menjembatani kedua negara tergantung oleh Indonesia. Meski demikian, ia meminta Jokowi dan pemerintah memastikan bahwa konflik tak terlalu berdampak ke sisi ekonomi.
"Memastikan rantai pasok pangan serta sanksi yang diterapkan kepada Rusia itu tidak merugikan dan berdampak luas," katanya.
Jamuan Meja Kecil
Dalam pertemuannya, Jokowi berbincang dengan Putin di sebuah ruangan Istana Kremlin, Rusia. Terlihat keduanya sedang berbincang dengan meja kecil di tengahnya.
Hal ini berbeda dengan pertemuan Putin sebelumnya bersama Presiden Perancis Emanuel Macron yang menggunakan meja panjang. Riza mengatakan bahwa meja tersebut punya kaitan mengenai hubungan Indonesia dan Rusia.
"Jadi yang disimbolkan oleh pertemuan dengan Pak Jokowi itu adalah keakraban, kenyamanan dan bisa dianggap sebagai genuine peacebroker (perantara perdamaian) ya,"kata Riza.
RI bisa menunjukkan bahwa dalam diplomasi internasional tidak perlu kepentingan dan konsisten mempertahankan sikap. Ia juga menilai bahwa kunjungan ini sangat dimanfaatkan oleh Jokowi bahwa negara harus bersikap adil dan menjadi penengah.