Waspadai Gejala Baru Omicron yang Sering Tak Disadari
Subvarian baru Omicron BA.5 dan BA.4 saat ini mendominasi kasus Covid-19 di dunia. Gejala yang ditimbulkan pun kini semakin berbeda dibandingkan saat virus ini baru menyebar.
Penyebaran yang cepat dari varian baru Omicron mendorong kasus harian Covid-19 di AS kini mencapai di atas 100 ribu, salah satunya menyerang Presiden Joe Biden. Kasus Covid-19 juga meningkat di Indonesia dengan rata-rata kasus harian kini sudah berada di atas 6.000 kasus.
Pejabat CDC sedang mempelajari gelombang saat ini, dengan hasil awal tentang bagaimana varian berdampak pada masalah seperti kemanjuran vaksin. CDC juga mempelajari data dari negara lain yang telah selamat dari gelombang kasus dari BA.5 dan kerabat dekatnya BA.4 sehingga memberikan petunjuk tentang apa yang akan datang.
Bagaimana pun, sifat pandemi telah berubah, dan sekarang ada banyak orang yang terinfeksi sebelumnya sudah terkena Covid-19, mendapatkan vaksin, bahkan keduanya.
Lebih Banyak Gejala Sakit Tenggorokan Dibandingkan Kehilangan Penciuman
Data dari penelitian di Inggris, serta survei Covid-19 yang sedang berlangsung di negara itu, menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang sakit di sana yang melaporkan gejala kehilangan indra perasa dan penciuman telah turun secara signifikan sejak awal pandemi.
Ini adalah pergeseran yang pertama kali diamati oleh para ilmuwan di seluruh dunia selama gelombang infeksi subvarian Omicron BA.1 selama musim dingin. Sebaliknya, gejala mirip flu sekarang lebih sering dilaporkan.
"Persentase orang yang dites positif yang melaporkan sakit perut, demam, sakit tenggorokan, dan sakit otot telah meningkat pada Juni 2022 dibandingkan dengan Mei 2022," Kantor Statistik Nasional negara itu melaporkan hingga 24 Juni.
Meski demikian, sulit untuk mengatakan berapa banyak perubahan itu disebabkan oleh perubahan pada virus itu sendiri. Para ilmuwan telah berhipotesis bahwa kekebalan dari infeksi sebelumnya juga dapat berperan dalam mempengaruhi apa yang tampak sebagai gejala umum yang terlihat selama gelombang Omicron terbaru.
Luke O'Neill mengatakan varian Covid-19 yang sekarang dominan di Irlandia dapat memiliki gejala yang sedikit berbeda dengan pendahulunya.
Ahli imunologi Trinity College Luke O'Neill mengatakan subvarian BA.5 yang kini telah domonan di seluruh dunia memiliki gejala yang sedikit berbeda dibanidngkan sebelumnya. Salah satu gejala tambahan subvarian ini adalah berkeringat di malam hari atau saat tidur.
"Penyakitnya sedikit berbeda karena virusnya telah berubah. Campuran sistem kekebalan Anda dan virus yang sedikit berbeda mungkin menimbulkan penyakit yang sedikit berbeda, anehnya keringat malam menjadi ciri khas," ujarnya, dikutip dari Newstalk.com.
Namun demikian, keringat malam juga dapat menjadi gejala penyakit lainnya seperti gangguan hormon, neorologis, hiperhidrosis idiopati, hingga kanker.
Adapun subvarian BA.5 lebih menular daripada yang sebelumnya, dan lebih mampu menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi sebelumnya. Profesor asal Irlandia ini menyebut, kebanyakan kasus di negaranya saat ini adalah BA.5, sama seperti di AS.
Meski subvarian ini mampu menhindari kekebalan vaksin, ia mengatakan, vaksinasi tetap dapat mengurangi tingkat keparahan jika terinfeksi.
Infeksi ulang melonjak
Tingkat infeksi ulang telah melonjak di Inggris dan negara-negara lain sejak kedatangan varian Omicron selama musim dingin.
Peneliti federal memperkirakan bahwa mutasi BA.4 dan BA.5 menunjukkan bahwa subvarian ini telah bergeser jauh dari jenis virus asli pada tahun 2020, dan bahkan lebih dekat ke varian Beta yang pertama kali terlihat pada Mei 2020 daripada sepupu Omicron-nya BA.1.
Data dari Qatar menunjukkan orang yang selamat dari infeksi Covid-19 sebelum varian Omicron hanya memiliki perlindungan sekitar 15% terhadap infeksi ulang simtomatik oleh BA.4 atau BA.5. Jika infeksi sebelumnya berasal dari subvarian Omicron lain, perkiraan itu naik menjadi 76%.
Otoritas kesehatan di negara bagian Washington juga telah mencatat peningkatan yang stabil dalam infeksi ulang selama beberapa bulan terakhir, meskipun mereka mengakui bahwa ini mungkin diremehkan karena faktor-faktor seperti pengujian di rumah.
Tingkat keparahan gejala akibat Covid-19 tetap lebih rendah daripada gelombang sebelumnya Bahkan ketika laju rawat inap Covid-19 telah meningkat di AS, pengukuran beberapa hasil terburuk dari penyakit ini tetap jauh lebih rendah daripada selama beberapa gelombang sebelumnya dalam pandemi.
Hanya sebagian kecil tempat tidur unit perawatan intensif rumah sakit di Amerika yang ditempati oleh pasien Covid-19. Laju kematian Covid-19 baru lebih buruk pada tahun lalu. Bahkan di antara kelompok yang lebih rentan seperti penghuni panti jompo, jumlah kematian harian COVID-19 tetap sebagian kecil dari beberapa gelombang sebelumnya.
Sebuah studi yang diterbitkan minggu lalu di New England Journal of Medicine menunjukkan obat Covid-19 yang tersedia saat ini akan bekerja melawan subvarian BA.4 dan BA.5. Data dari gelombang kasus Afrika Selatan dari dua subvarian awal tahun ini menunjukkan bahwa mereka menimbulkan risiko rawat inap COVID-19 yang sama dan penyakit parah dibandingkan dengan subvarian BA.1 Omicron asli.
Namun, penelitian awal dari negara-negara seperti Denmark dan Portugal sekarang menunjukkan bahwa BA.5 dapat menimbulkan risiko rawat inap yang lebih besar dibandingkan dengan BA.2. Dan tes laboratorium awal dengan subvarian, seperti yang baru-baru ini dirilis oleh para ilmuwan di Australia, menunjukkan BA.5 mungkin menimbulkan bahaya yang lebih besar berkat kemampuannya untuk menginfeksi jaringan paru-paru.