Kematian Covid Naik, Epidemiolog: Ada Kegagalan Deteksi Kasus
Kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia mengalami tren peningkatan. Epidemiolog pun menilai kondisi tersebut menujukkan kegagalan dalam mendeteksi kasus corona.
"Peningkatan angka kematian menandakan kegagalan dalam deteksi dini, upaya pencegahan memutus penularan," kata Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman saat dihubungi, Rabu (3/8).
Ia menilai, terciptanya imun terhadap Covid-19 dapat membuat banyak orang terinfeksi virus corona tanpa merasa gejalanya. Namun, infeksi itu berpotensi terus menyebar hingga menulari kelompok rentan, seperti lansia dan orang dengan komorbid.
Akibatnya, kelompok yang rawan tersebut berpotensi mengalami kematian. Kematian akibat Covid-19 juga terjadi karena penanganan yang terlambat.
Dicky pun memastikan, kenaikan jumlah pasien yang meninggal menunjukkan keparahan situasi pandemi. Apalagi, registrasi kematian di Tanah Air masih dianggap lemah. Hal ini berdampak pada tingginya angka kematian yang tidak terdeteksi.
"Makanya, melihat kematian ini sangat serius," ujar dia.
Ia menilai, pemerintah perlu meningkatkan deteksi dini dengan penelusuran (tracing), pengetesan (testing), dan perawatan (treatment). Selain itu, vaksinasi dosis ketiga juga perlu ditingkatkan.
Sementara itu, Katadata telah menghubungi Kementerian Kesehatan dan Satgas Penanganan Covid-19 terkait peningkatan kasus kematian tersebut. Namun, belum ada pihak yang merespons hingga saat ini.
Adapun, Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan kasus kematian pada Selasa (2/8) mencapai 24 orang. Jumlah itu naik 85% dibandingkan pekan sebelumnya (26/7) sebanyak 13 orang.
Kasus meninggal pada Selasa juga meningkat 118% dibandingkan sehari sebelumnya (1/8) sebanyak 11 orang.
Adapun, pasien wafat terbanyak pada Selasa (2/8) berasal dari Bali dengan jumlah lima orang. Sementara, DKI Jakarta dan Jawa Tengah sama-sama melaporkan kasus meninggal empat orang.
Meski mengalami peningkatan, tingkat keterisian perawatan pasien corona di rumah sakit yang ada di DKI Jakarta hingga RSDC Wisma Atlet, Kemayoran tetap rendah.
Saat ini, tingkat keterisian tempat tidur isolasi Covid-19 di RS wilayah Jakarta mencapai 22%. Sementara, keterisian ruang ICU untuk pasien Covid-19 sebesar 16%.