Anak Muda Anggap Isu Kesejahteraan Lebih Penting Dibandingkan Korupsi
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menggelar survei tentang pemilihan umum (pemilu) 2024 terhadap harapan para pemilih terhadap calon presiden (capres) dan wakil presiden. Hasil survei menunjukkan sebagian besar responden menilai kesejahteraan masyarakat menjadi isu strategis pada Pilpres 2024.
Mayoritas responden lebih menganggap penting isu kesejahteraan dan ekonomi dibandingkan korupsi. "Isunya level ekonomi masih strategis bagi anak muda," kata Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes di Jakarta, Senin (26/9).
Secara rinci, 44,4% responden mengatakan isu kesejahteraan masyarakat menjadi isu strategis. Sementara, isu lapangan kerja dinilai strategis oleh 21,3% responden, pemberantasan korupsi dianggap strategis oleh 15,9%, serta demokrasi dan kebebasan sipil dinilai strategis oleh 8,8% responden.
Sedangkan, 6,2% responden menilai kesehatan menjadi isu strategis dan 2,3% responden menilai lingkungan hidup jadi isu strategis.
Survei juga menunjukkan, 34,8% pemilih muda membutuhkan pemimpin yang jujur atau tidak korupsi. Selain itu, 15,9% responden mengatakan pemimpin perlu merakyat dan sederhana, sementara 12,4% menilai calon presiden tegas dan berwibawa.
Di sisi lain, sikap taat beragama hanya memperoleh 4,1%. "Orang butuh pemimpin yang jujur, berintegritas, dan bersih dari korupsi," ujar dia.
Adapun, kompetensi utama yang diperlukan oleh pemilih muda ialah kemampuan membuat perubahan, yaitu sebanyak 28,7%. Kemudian, 21% pemilih muda menilai perlu memiliki kemampuan memimpin di saat krisis.
Sedangkan, 14,8% responden menilai perlunya kemampuan membuat kebijakan yang inovatif, 12,2% responden berpendapat perlunya kemampuan mengelola anggaran yang tepat sasaran.
Survei dilakukan pada 8-13 Agustus 2022. Proporsi pemilih muda ialah pemilih berusia 17-39 tahun yang terdiri dari generasi Z dan milenial. Pada masa depan, pemilih muda diperkirakan memiliki proporsi 60% dari total pemilih Pilpres.
Adapun, kerangka sampel berasal dari populasi penduduk Indonesia berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik pada 2020. Jumlah sampel sebesar 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi.
Setelah dilakukan kendali mutu, data yang valid sebanyak 1.192 sampel. Adapun, Margin of Error survei sebesar +/- 2,84% pada tingkat kepercayaan 95%.