Buntut Tragedi Kanjuruhan, Kapolres Malang Dinonaktifkan dan Diganti
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menonaktifkan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat usai menganalisis dan mengevaluasi tragedi Kanjuruhan. Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10) ini menelan korban jiwa 125 orang.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan bahwa keputusan menonaktifkan Kapolres Malang dilakukan setelah tim investigasi menganalisis dan mengevaluasi. Tim ini dibentuk oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.
"Malam ini, Kapolri mengambil satu keputusan. Kami emutuskan untuk menonaktifkan sekaligus mengganti Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat," kata Dedi saat jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (3/10).
Keputusan menonaktifkan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat tersebut tertuang dalam Surat Telegram Nomor ST 20 98 X KEP 2022. Ferli dimutasi sebagai Perwira Menengah (Pamen) Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri.
Ferli digantikan oleh AKBP Putu Kholis Arya yang sebelumnya menjabat Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok Polda Metro Jaya. "Ferli Hidayat dimutasikan sebagai Pamen SSDM Polri dan digantikan AKBP Putu Kholis Arya," katanya.
Ia menambahkan, Kapolri, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta juga memerintahkan untuk menonaktifkan jabatan Komandan Batalyon (Danyon), Komandan Kompi (Danki), dan Komandan Peleton (Danton) Brigade Mobile (Brimob).
"Sesuai dengan perintah Kapolri dan Kapolda Jatim, melakukan langkah yang sama yakni menonaktifkan jabatan Danyon, Danki, dan Danton Brimob sebanyak sembilan orang," katanya.
Nama-nama yang dinonaktifkan tersebut di antaranya:
- AKBP Agus
- AKP Hasdarman
- Aiptu Solihin
- Aiptu M Samsul
- Aiptu Ari Dwiyanto
- AKP Untung
- AKP Danang
- AKP Nanang
- Aiptu Budi
Saat ini, semua tengah menjalani pemeriksaan oleh tim. "Semuanya masih dalam proses pemeriksaan tim malam ini," katanya.
Kerusuhan tersebut terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Sejumlah penonton masuk ke lapangan.
Kemudian, beberapa orang melemparkan suar atau flare dan benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter, hingga akhirnya menggunakan gas air mata.
Berdasarkan data terakhir, korban meninggal dunia mencapai 125 orang. Selain itu, 323 orang mengalami luka.