Survei: Ganjar-Airlangga Kalahkan Anies-AHY, Bagaimana Nasib Prabowo?
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menempati urutan teratas calon presiden berdasarkan survei yang digelar Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Namun kali ini pasangan terkuat untuk menjadi cawapres adalah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
"Elektabilitas Ganjar-Airlangga lebih tinggi dibandingkan Prabowo-Puan, Prabowo-Muhaimin Iskandar, Anies-AHY, Anies-Khofifah, Puan-Ganjar, ataupun Ganjar- Puan," kata Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby seperti dikutip dari Antara, Selasa (11/10).
Menurut Adjie, dalam tiga simulasi, duet Ganjar-Airlangga tetap berada di urutan teratas. Pada simulasi pertama, responden lebih menyukai duet Ganjar-Airlangga yang berada di angka 24,9 persen. Sementara pemilih yang menyukai pasangan Prabowo-Anies berada di angka 14,8 persen, dan responden yang menyukai pasangan Anies-AHY sebanyak 13,4 persen.
Lebih jauh Adjie menjelaskan pesaing terdekat Ganjar adalah Prabowo. Namun berdasarkan tiga simulasi, Ganjar-Airlangga tetap unggul meski pasangan cawapres untuk Prabowo diuji untuk beberapa nama seperti Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, dan Puan Maharani.
Pada simulasi kedua, pasangan Ganjar-Airlangga disandingkan dengan pasangan Prabowo-Muhaimin, Anies-Puan. Dari pertarungan itu, Ganjar-Airlangga mendapatkan elektabilitas tertinggi di angka 31,1 persen. Kemudian, Prabowo-Muhaimin di angka 29,6 persen, dan posisi Anies-Puan di angka 14,1 persen.
"Yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab/rahasia di angka 25,2 persen," jelas Adjie.
Pada simulasi ketiga, tim peneliti LSI Denny JA mencoba mengubah komposisi lawan. Kali ini pasangan Ganjar-Airlangga dihadapkan dengan pasangan Prabowo-Puan dan Anies-AHY. Hasilnya, pasangan calon dari PDI Perjuangan dan Golkar itu tetap unggul dengan perolehan elektabilitas 30 persen.
Pada urutan kedua ada pasangan Prabowo-Puan dengan elektabilitas 23,9 persen. Selanjutnya di posisi ketiga pasangan Anies-AHY di angka 22,8 persen. Yang menyatakan tidak tahu/tidak jawab/rahasia berada di angka 23,3 persen.
Adjie berpendapat pasangan Ganjar-Airlangga dimungkinkan jika terjadi bila terbangun koalisi antara PDIP dan partai anggota Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan.
"Koalisi ini juga potensial membentuk pemerintahan yang kuat," ujarnya.
Menurut Adjie koalisi antara PDIP dan Golkar bukan saja mewakili dua partai terbesar hasil pemilu terakhir 2019 tetapi juga mewakili dua segmen masyarakat. Pemilih nasional akan lebih mudah bergabung dengan PDIP dan Golkar sedangkan kelompok pemilih muslim akan tergabung dalam PAN dan PPP.
Sementara itu secara terpisah peneliti dari Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro mengatakan salah satu kans yang bisa dimanfaatkan Prabowo maju dalam pilpres 2024 adalah berpasangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Menurut dia perkawinan Prabowo-Muhaimin bisa memperluas dukungan basis massa pemilih Muslim terutama dari kalangan Nahdlatul Ulama. Hal ini untuk menepis adanya anggapan kedekatan Prabowo dengan kelompok muslim konservatif seperti FPI.
Bawono mengatakan, keinginan Partai Gerindra memperkuat dukungan basis massa pemilih muslim tradisional dari NU telah terlihat sejak menggandeng PKB dalam satu barisan koalisi. PKB juga bisa mendongkrak keterpilihan Prabowo Subianto di Jawa Tengah dan Jawa Timur
“Sebagaimana diketahui bersama Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan dua provinsi di pulau Jawa dengan dukungan rendah terhadap Prabowo Subianto dalam dua pemilu terdahulu,” ujar Bawono.
Menunggu Restu Megawati
Ihwal kans terwujudnya koalisi Ganjar-Airlangga menurut Adjie akan sangat bergantung pada restu dari Ketua Umum Partai PDIP, Megawati Soekarnoputri. Hingga kini, PDIP masih belum mengerucutkan nama calon presiden yang akan diusung. Meski desakan dari kader PDIP untuk mengusung Ganjar Pranowo pada pilpres menguat, namun Megawati belum bersuara.
Bahkan, di internal pengurus DPP, nama Puan Maharani masih bergulir sebagai kandidat capres. "Restu Megawati dan Puan Maharani memainkan peran penting yang memungkinkan terwujudnya pasangan ini," paparnya.
Lebih jauh Adjie mengatakan, meski saat ini suara Ganjar-Airlangga di atas angin dibanding calon lain, namun peluang untuk berubah masih ada. Waktu 14 bulan menjelang pelaksanaan pilpres 2024 memberi ruang pada partai untuk melakukan konsolidasi.
Adapun survei kali ini dilakukan LSI Denny JA pada 11 - 20 September 2022. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui riset media, Focus Group Discussion dan wawancara mendalam.
Survei dilakukan dengan melibatkan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Sedangkan Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 2.9 persen.