Mengukur Koalisi dan Suara Anies, Ganjar & Prabowo, Siapa Terkuat?
Sejumlah partai meresmikan dukungan terhadap kandidat calon presiden yang akan maju dalam pilpres 2024 mendatang, Pada Senin (3/10) Partai Nasdem mendeklarasikan dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Di hari yang sama Partai Solidaritas Indonesia turut mengumumkan deklarasi pencalonan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pada Agustus lalu, Partai Gerindra telah lebih dulu mendeklarasikan capres. Partai yang berdiri pada 2008 itu menyatakan dukungan penuh terhadap Ketua Umum Partai Prabowo Subianto maju sebagai capres. Sebelumnya Prabowo sudah tiga kali gagal melenggang menjadi RI-1 sejak pilpres 2009.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin menilai deklarasi capres oleh partai ini masih dinamis lantaran pelaksanaan Pilpres yang masih lama. Dia melihat para calon yang diusung masih memiliki peluang yang sama.
"Soal kans menangnya masih berpeluang ya masih panjang prosesnya, bisa menang bisa kalah juga, tergantung mereka bisa mengendalikan elektabilitas dan tergantung dari strategi-strategi yang digunakan ke depan," kata Ujang saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (4/10).
Menurut Ujang hal lain yang harus menjadi perhatian partai pendukung adalah dukungan partai. Apalagi pasal 222 Undang-Undang nomor 17 Tahun 2017 tentang Pemilu mensyaratkan pasangan capres diusulkan oleh partai atau gabungan partai dengan perolehan kursi minimal 20 persen di DPR dan 25 persen suara.
Berdasarkan hasil Pemilu 2019 tak satupun dari tiga partai yang bisa mengusung calon. Partai Nasdem yang mengusung Anies hanya mengantongi 9,05 persen suara dengan perolehan kursi 10,26 persen Selanjutnya Partai Gerindra yang mengusung Prabowo hanya memperoleh 12,57 persen. Sedangkan PSI yang mengusung Ganjar hanya mengantongi 1,89 persen suara dan tidak memiliki kursi di DPR.
Untuk bisa mengusung Anies dan Prabowo pada pilpres 2024 partai pengusung harus bisa membangun koalisi. Saat ini Nasdem telah menunjukkan isyarat koalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera yang mengantongi 8,21 persen suara dan Demokrat 7,77 persen suara. Gerindra sudah menjalin komunikasi intens dengan Partai Kebangkitan Bangsa dengan 9,69 persen suara.
Berbeda hal dengan Anies, Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) itu harus bisa memiliki kendaraan politik yang lebih kuat. Apalagi menurut Ujang saat ini kans Ganjar maju dari PDI Perjuangan masih terbatas.
"Ya Ganjar juga tetap potensial, cuma memang Ganjar ini kan tidak mungkin kelihatannya didukung oleh PDIP, karena PDIP sudah punya Puan sebagai capres," katanya.
Ujang memprediksi kendaraan politik yang paling memungkinkan bagi Ganjar adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP.
"Hanya saja persoalannya adalah apakah ketua umum partai-partai itu mau memberikan tiketnya kepada Ganjar? Karena soal harga diri, masa iya ketum-ketum partainya tidak bisa jadi capres," jelas Ujang.
Elektabilitas Capres
Persoalan lain yang menentukan kemenangan dalam pilpres menurut Ujang adalah elektabilitas. Bila berkaca pada pilpres 2014 dan 2004, Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono bisa menang dengan elektabilitas 60 persen. Sementara itu elektabilitas Anies, Ganjar dan Prabowo masih turun-naik di angka 30 persen.
Pentingnya eektabilitas juga menjadi sorotan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam. Bahkan, menurut Arif deklarasi yang terlalu dini berpotensi menggerus suara partai.
"Deklarasi Anies bagi Nasdem berpotensi besar memicu migrasi politik pendukung NasDem selama ini ke partai lain," kata Arif.
Lebih jauh Arif mengatakan saat ini yang diperlukan partai justru memastikan soliditas koalisi. Nasdem kata dia juga perlu membangun komunikasi mengenai sosok pendamping Anies di Pilpres nanti.
Berdasarkan riset sejumlah lembaga survei, posisi Anies, Ganjar dan Prabowo masih saling salip. Survei terakhir yang dilakukan lembaga Skala Survei Indonesia (SSI) pada 23 sampai 29 September 2022 menunjukkan keterpilihan Prabowo Subianto unggul dengan raihan 30,3 persen, disusul Ganjar sebesar 22,3 persen dan Anies sebesar 20,8 persen.
Survei SSI Unggulkan Prabowo
Direktur Eksekutif SSI Abdul Hakim mengatakan di internal Gerindra, dukungan untuk Prabowo masih solid dengan 81,8 persen suara. Selanjutnya sebanyak 6,6 persen kader Gerindra menyatakan dukungannya terhadap Ganjar Pranowo dan 3,6 persen menyatakan akan memilih Anies Baswedan.
Masih berdasar survei SSI, di internal PDIP suara kader mayoritas mengarah pada Ganjar Pranowo dengan 44,7 persen suara. Sebanyak 28,9 persen responden memilih Prabowo Subianto dan 4,3 persen memilih Anies Baswedan.
Di internal Nasdem suara pemilih malah terbelah antara Prabowo dan Anies. Menurut Arif, sebanyak 40,8 persen pemilih Nasdem menyatakan akan memilih Prabowo Subianto. Sedangkan pemilih Anies Baswedan sebanyak 40,8 persen dan Ganjar Pranowo 4,1 persen.
Ganjar Menang Dua Survei Capres
Berbeda dengan SSI, Survei yang dirilis lembaga survei Indikator Politik pimpinan Burhanuddin Muhtadi yang dirilis 2 Oktober lalu, Ganjar masih berada di posisi puncak dengan elektabilitas 29 persen. Sementara Prabowo berada di posisi kedua dengan 19,6 persen dan Anies di posisi ketiga dengan 17,4 persen.
Survei capres yang dirilis Charta Politika pada pertengahan September juga menempatkan Ganjar di urutan teratas. Dalam simulasi 3 nama, Ganjar meraih elektabilitas tertinggi dengan 36,5 persen. Pada posisi kedua ada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan 26,7 persen disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebesar 24,9 persen. Sedangkan yang tidak menjawab dan tidak tahu sebesar 11,9 persen.
Anies Head to Head versi CSIS
Nama Anies berada di urutan teratas berdasarkan survei yang dirilis Centre for Strategic and International Studies (CSIS) akhir September lalu. Dalam simulasi duel melawan Ganjar, Anies unggul dengan elektabilitas mencapai 47,8 persen. Ia menang dengan selisih empat persen dari Ganjar yang mengantongi 43,9 persen.Sementara dengan Prabowo, Anies meraih elektabilitas 48,6 persen. Sedangkan Prabowo tertinggal enam persen yaitu 42,8 persen.