G20 Siapkan Empat Jurus Hapus Tuberkulosis dari Dunia Pada 2030
Negara-negara G20 tengah membahas sasaran dalam sektor kesehatan. Salah satu yang menjadi pembahasan adalah bagaimana menghilangkan tuberkulosis pada 2030 mendatang.
Hal tersebut menjadi salah satu pembahasan pada side event 2nd Health Minister Meeting yang digelar di Bali, Kamis (27/10). Dalam agenda tersebut, negara G20 menyiapkan empat kerangka kerja demi menangani TBC.
"Acara ini dipimpin oleh Stop TB Partnership, besok akan ada hasil pembicaraan untuk meningkatkan pembiayaan demi menghilangkan tuberkulosis," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Kamis (27/10).
Langkah pertama, menyiapkan protokol kesehatan berstandar internasional demi mencegah bakteri penyebab tuberkulosis berkembang biak. Kedua, memperlakukan pemantauan penyakit ini laiknya Covid-19.
"Dengan membuat laboratorium PCR serta memastikan kontak erat pasien segera teridentifikasi," katanya.
Ketiga, pembenahan pada vaksin dan vaksinasi. Budi mengatakan vaksin tuberkulosis yang tersedia saat ini berusia tua sehingga efikasinya menurun. "Indonesia akan ikut dalam uji klinis vaksin TBC sehingga diharapkan bisa selesai pada 2027," kata Budi.
Keempat, membuat standar perawatan pasien penyakit ini secara internasional. Hal yang paling sulit menurut Budi adalah memastikan setiap pasien mengikuti pengobatan selama enam bulan.
Adapun, lima agenda utama tetap akan menjadi pembahasan pertemuan. Pertama adalah menyiapkan lembaga pengelola dana pandemi yang saat ini telah didukung dana US$ 1,4 miliar dari 18 negara dan institusi internasional.
Kedua, menyiapkan mekanisme penggunaan dana tersebut untuk diakses secara darurat. "Baik itu untuk perawatan, obat, hingga diagnostik di seluruh negara secara adil," kata Budi.
Ketiga, memastikan kerja sama laboratorium dunia dalam berbagi Whole Genome Sequencing (WGS). Ini untuk memastikan virus, bakteri, dan parasit yang menyebar di setiap negara tak menjadi pandemi.
"Sehingga negara-negara lain bisa mengenali dan mendesain obat serta vaksin melawan patogen tersebut," ujar Budi.
Keempat, mendesain paspor berstandar global yang bisa dipakai masyarakat saat pandemi. Kelima, meningkatkan kapasitas penelitian internasional untuk obat dan vaksin melawan wabah.