Jokowi Sorot Resistensi Ekonomi Kawasan, Bersiap Jadi Ketua ASEAN 2023
Presiden Joko Widodo melakukan sejumlah pertemuan bilateral di sela pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Phnom Penh, Kamboja. Dalam sejumlah pertemuan, Jokowi dan para pemimpin negara juga mendiskusikan kesiapan Indonesia untuk Keketuaan ASEAN 2023 mendatang.
Salah satu isu yang menjadi perhatian Jokowi adalah resistensi ekonomi kawasan ASEAN dalam menghadapi krisis global. Hal itu juga disampaikan oleh Presiden saat berbicara dalam dalam pertemuan pemimpin ASEAN dengan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Kamis (10/11).
"Total Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN masih di atas 3 triliun dolar AS dan ASEAN ekonomi terbesar ke-5 dunia. Dalam situasi guncangan finansial ini, tentu kita semua harus waspada. Kemitraan dunia usaha dan pemerintah harus makin diperkuat. Sektor swasta memiliki peran sangat penting," kata Jokowi seperti dikutip dari Antara, Jumat (11/11).
Untuk memperkuat resiliensi ekonomi ASEAN, Jokowi menyarankan para pemimpin negara agar melakukan counter measures atau tindakan perlindungan dan kebijakan makroprudensial pemerintah yang adaptif. Hal ini bertujuan menstabilkan sistem keuangan dan menstimulasi pergerakan ekonomi dalam jangka pendek.
"Sektor swasta juga harus forward looking, artinya cermat melihat krisis, berhati-hati, tapi bergerak cepat untuk adaptasi. Kecepatan dan ketepatan beradaptasi jadi kunci resiliensi ekonomi ASEAN," kata Jokowi.
Selanjutnya, untuk membangun resistensi jangka panjang, Presiden Jokowi menekankan pentingnya peningkatan daya saing ASEAN dengan kunci inovasi. Menurut Jokowi berbagai inovasi akan mendorong untuk lebih kompetitif di masa depan. Ia menyebut ekonomi digital dan ekonomi hijau adalah masa depan ASEAN.
“Ekonomi digital mampu tingkatkan produktivitas dan perluas akses pasar, sementara ekonomi hijau pastikan ASEAN terus tumbuh dan berkelanjutan," tutur Presiden.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga mengemukakan pentingnya sektor UMKM bagi perekonomian ASEAN. Terdapat lebih dari 90 persen dunia usaha di kawasan adalah UMKM, dan sebanyak 65 juta UMKM terdapat di Indonesia. Ia mendorong agar UMKM di ASEAN bisa membangun sinergi dan kolaborasi untuk meningkatkan daya saing.
Bertemu Presiden ADB
Di sela kegiatan KTT, Jokowi juga melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa. Dalam pertemuan itu, Jokowi mendiskusikan proyeksi pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara khususnya pada tahun depan, saat Indonesia menjadi Ketua ASEAN dengan tema utama "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".
Menurut Presiden Jokowi, dalam laporan ADB terkait pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara, meski lebih baik dari kawasan lainnya namun pertumbuhan tahun ini turun dari 5,1 persen menjadi 4,9 persen. Jokowi menekankan pentingnya kewaspadaan negara ASEAN dalam menyikapi penurunan permintaan global dan laju inflasi yang bisa mendorong instabilitas finansial di kawasan.
Dalam pengantarnya, Masatsugu Asakawa menyampaikan selamat atas kinerja ekonomi Indonesia yang sangat baik. Selain itu, Presiden ADB juga mengapresiasi kepemimpinan Indonesia di G20. Menurutnya, sejauh ini Indonesia dinilai baik dapat menavigasi G20.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut, yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.