Soal SBY dan Megawati Duduk Satu Meja di Bali, Gerindra: Berkah G20
Para mantan Presiden Indonesia tampak menghadiri gala dinner KTT G20 Bali di Taman Garuda Wisnu Kencana pada Selasa (15/11). Termasuk di antaranya Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono yang tampak duduk satu meja.
Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menilai momen Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri berfoto bersama Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan berkah dari gelaran G20.
"Nah ini berkah G20. Jadi berkah G20 ini kita melihat bahwa pemimpin-pemimpin bangsa kita dapat duduk dalam satu meja di momen bersejarah bagi bangsa Indonesia," katanya, di Kompleks Parlemen, Rabu (16/11). "Momen tersebut menggambarkan kebesaran jiwa yang ditunjukkan oleh dua sosok pemimpin."
"Tentunya ini adalah satu yang menunjukkan satu kebesaran jiwa, dan juga tentunya dalam acara yang besar ini kita bersyukur bahwa pemimpin-pemimpin kita ini mengutamakan kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan yang lain-lain," katanya.
Lebih jauh ia mengatakan dirinya mensyukuri momen para pemimpin yang bisa duduk satu meja. "Saya sangat menyukuri bahwa para pemimpin kita itu bisa duduk satu meja," katanya.
Selain SBY dan Megawati, beberapa mantan Wakil Presiden Indonesia juga menghadiri makan malam G20 di antaranya Wakil Presiden ke-10 dan 12 Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, Wakil Presiden ke-9 Hamzah Haz, dan juga hadir Ketua DPR Puan Maharani.
Sebelumnya, Anggota Majelis Tinggi Partai (MTP) Demokrat Syarief Hasan juga angkat suara soal momen Megawati dan SBY duduk bersama dalam rangkaian acara gala dinner KTT G20 di Bali. Syarief mengatakan tidak ada yang perlu dipertanyakan perihal momen tersebut, karena merupakan arahan dari panitia acara.
"Saya pikir itu kalau satu meja itu karena protokol panitia kan begitu. Jadi tidaklah sesuatu yang perlu dipertanyakan, iya kan. Karena itu kan ramai-ramai ya," kata Syarief di Kompleks Parlemen, Rabu (16/11).
Ia mengatakan, dalam pertemuan tersebut hanya membicarakan hal-hal ringan. Hal itu sesuai dengan tema jamuan makan malam yang bernuansa silaturahmi dan keakraban.
Menurut Syarief tidak ada yang istimewa dengan perjumpaan antara Megawati dan SBY tersebut. Lagipula, ia mengatakan ketegangan hubungan antara kedua mantan presiden itu hanyalah bagian dari dinamika politik di masa lalu.
"Ya saya pikir sih yang dulu, yang lewat ya sudah lah, lewat. Kalau memang ada, ya, tidak perlu diangkat lagi, yang penting ke depannya lebih baik," ujar Syarief.
Ia mengatakan, selama ini SBY sangat terbuka dan mengutamakan komunikasi yang baik.Syarief menyebut, SBY juga sangat mengutamakan adanya komunikasi untuk kemajuan dan bangsa ke depan. Menurut Syarief sebagai tokoh senior partai baik SBY maupun Megawati menginginkan pemilu 2024 berlangsung damai.
"Semua partai politik dan tokoh-tokoh nasional menginginkan bahwa pemilu 2024 itu kita dukung damai, dan ini untuk kepentingan bangsa juga kan. Di mana kalau kita ngomongin soal kepentingan bangsa, ya pasti semuanya memberikan dukungan," kata Syarief lagi.
Ia mengatakan rivalitas yang terjadi hanya sebatas kontestasi saja, dan tidak berlanjut setelahnya. Ia berharap harmonisasi SBY dan Mega seperti terlihat dalam gala dinner G20 menjadi isyarat untuk mewujudkan pemilu damai.