Anies Baswedan Sebut Polarisasi dalam Kontestasi Politik Hal Biasa
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan polarisasi dalam kontestasi politik merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Adanya polarisasi merupakan imbas dari munculnya dua kelompok atau lebih dari sebuah kontestasi.
“Tidak mungkin tidak ada [polarisasi] di dalam kontestasi itu," kata Anies saat dialog gagasan di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Kamis (2/3).
Dalam pandangannya, Anies mencontohkan sejumlah situasi yang membuat polarisasi pasti terjadi. Menurut dia apabila dalam sebuah pertarungan politik ada calon laki-laki dan perempuan maka akan ada polarisasi berbasis gender. Contoh lainnya, jika kontestasi dilakukan di tingkat pilkada dan calonnya berasal dari dalam dan luar daerah maka isu daerah akan muncul.
Menurut Anies polarisasi atau pengkutuban pendukung sangat dimungkinkan terjadi berdasarkan preferensi pilihan masing-masing orang. Contoh lain, apabila dalam sebuah kontestasi politik terdapat calon dengan latar belakang agama yang berbeda maka akan terjadi polarisasi berbasis agama.
"Jadi itu adalah sesuatu polarisasi yang biasa terjadi. Yang penting polarisasi itu dijaga. Tidak menjadi friksi, tidak menjadi konflik, apalagi menjadi perpecahan," kata Anies.
Anies menilai polarisasi bisa dikelola agar tidak menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Caranya, para kontestan dan pendukungnya tidak perlu fokus membahas dan memperdebatkan perbedaan yang terjadi.
Lebih jauh, ia berharap media dapat menjaga agar polarisasi tidak diartikan sebagai perpecahan yang disebutnya bisa menimbulkan persepsi yang keliru oleh publik mengenai proses politik. Selain itu, ia juga mengatakan siapapun pemenang pada akhirnya, harus merangkul semua dan yang kalah pun harus menerima hasilnya.
"Itulah yang kami kerjakan di Jakarta, yang menjadi pemegang kewenangan harus merangkul semua, tidak lagi menengok dulu memilih apa. Itu juga yang harus dikerjakan kedepan, dan itu yang akan dikerjakan kedepan," kata Anies.
Anies Baswedan merupakan bakal calon presiden yang mulanya diusung oleh partai Nasional Demokrat. Saat ini, ia telah mendapat dukungan dari dua partai lainnya yaitu Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Meski begitu ketiga partai belum secara resmi mengumumkan deklarasi Koalisi Perubahan sebagai bentuk dukungan bersama terhadap Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Dukungan dari PKS, Demokrat, dan Nasdem menjadi tiket bagi Anies untuk maju dalam pilpres 2024. Alasannya, suara ketiga partai pada pemilu 2019 lalu telah melebihi ambang batas atau presidential threshold 25 persen kursi DPR atau 20 persen suara sah pada pemilu 2019.