Deforestasi di Kalimantan Mengancam Tiga Spesies Tanaman Langka
Deforestasi yang diakibatkan aktivitas perkebunan dan penebangan yang agresif di bagian barat Kalimantan dinilai memperburuk risiko kepunahan tiga spesies tanaman endemik. Hal ini didasarkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti.
Sekelompok peneliti telah melaporkan bahwa tiga spesies tanaman langka di Kalimantan, yakni Vatica Rynchocarpa, Vatica Havilandii dan Vatica Cauliflora, yang ditemukan di fragmen hutan di sepanjang hulu Sungai Kapuas di Provinsi Kalimantan Barat, terancam oleh pertanian skala kecil, pertanian industri. dan ekstraksi kayu.
Petak-petak hutan riparian ini tidak dilindungi, karena telah ditetapkan sebagai "penggunaan lain", menjadikannya tersedia untuk pengembangan apa pun dan kemungkinan besar akan mengalami deforestasi lebih lanjut. Ini tertulis dalam laporan yang dimuat dalam Journal for Nature Conservation.
"Saya kira ini bukan penelitian pertama tentang spesies tumbuhan di Kalimantan, tetapi penelitian kami adalah penelitian populasi pertama tentang tiga spesies yang terancam punah dan salah satunya sangat endemik, di habitat aslinya," kata Enggal Primananda, peneliti hutan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dikutip dari Mongabay, Sabtu (22/4).
Ia menjelaskan, kajian populasi tiga spesies Vatica dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendorong timnya untuk melakukan studi lapangan.
Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN menunjukkan, Vatica Rynchocarpa terancam punah, karena spesies tanaman ini telah menghadapi penurunan populasi hingga 70% dalam satu dekade terakhir. Sedangkan, Vatica Havilandii dan Vatica Cauliflora terancam punah.
Sebagai informasi, Vatica Cauliflora hanya dapat ditemukan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sedangkan dua lainnya masih dapat ditemukan di hutan di wilayah Malaysia dan Brunei.
Vatica Cauliflora biasanya juga tumbuh di lahan kering yang disukai masyarakat untuk diubah menjadi perkebunan, seperti karet (Hevea Brasiliensis) dan tanaman obat kratom (Mitragyna Speciosa). Survei populasi baru-baru ini, menemukan total 179 individu dari spesies tanaman tersebut.
"Kami ingin mengetahui apakah spesies tanaman tersebut masih ada di alam, serta ancaman apa yang menyebabkan potensi kepunahan paling tinggi, dan status populasi di habitatnya," kata Enggal.
Sungai Kapuas mewakili salah satu formasi gambut tropis tertua. Bermuara di dataran tinggi Kapuas Hulu, mengalir melalui lereng terjal di bagian barat dataran tinggi, kemudian turun menjadi dataran. Wilayah ini memiliki iklim yang sangat basah dengan distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun.
Penelitian yang dilakukan pada 4-18 Juli 2022 ini, menilai struktur populasi masing-masing spesies. Melalui analisis kedekatan, para peneliti menghitung jarak setiap individu dari sungai untuk menilai pengaruhnya terhadap distribusi spesies.
Sebanyak 13 lokasi disurvei selama penelitian dengan total jarak tempuh 26 kilometer (km). Selain populasi Vatica Cauliflora, ditemukan 317 Vatica Rynchocarpa dan 568 Vatica Havilandii.
Pulau Kalimantan atau Borneo sendiri, terbagi antara Indonesia, Malaysia dan Brunei. Sekelompok ilmuwan pada 2022 menerbitkan sebuah studi tentang model tren deforestasi yang memproyeksikan 74.419 kilometer persegi (km2) hutan, akan hilang antara 2018 dan 2032. Perkiraan tersebut didasarkan pada hutan kehilangan 59.949 km2 antara 2000 dan 2017 di seluruh Kalimantan.
Pada 1973, tiga perempat Kalimantan, masih berupa hutan dan rumah bagi banyak spesies satwa liar tropis. Namun, kebakaran, penebangan, pertambangan dan perkebunan industri yang berlangsung selama empat dekade, menghancurkan lebih dari sepertiga hutan hujan Kalimantan.
Enggal mengatakan, ia mempresentasikan temuan lapangannya kepada badan pengelola hutan Kapuas Hulu segera setelah timnya menyelesaikan survei. Para peneliti menyerukan perlindungan yang lebih ketat terhadap fragmen hutan sebagai strategi konservasi utama untuk ketiga spesies tanaman dan penelitian lebih lanjut dilakukan untuk lebih memahami status populasi spesies sehingga dapat meningkatkan pengelolaannya.
"Belum banyak perhatian dari sektor kehutanan terhadap konservasi tumbuhan dibandingkan dengan konservasi satwa, sehingga penelitian dan informasi masih sangat terbatas terutama untuk tumbuhan yang terancam punah," ujarnya.