Kontroversi Al-Zaytun dan Panji Gumilang: Tuduhan NII hingga Azan
Pondok Pesantren Al-Zaytun saat ini tengah ramai menjadi pembicaraan masyarakat. Ini karena pernyataan kontroversial yang kerap dilontarkan pemimpin ponpes tersebut yakni Panji Gumilang.
Panji kerap melontarkan pernyataan yang dianggap kontroversial bahkan menyimpang oleh sejumlah kalangan. Beberapa di antaranya adalah mencampur shaf antara santri pria dan wanita saat ibadah salat hingga azan menghadap jemaah.
Bahkan, Wakil Presiden Ma'ruf Amin angkat bicara mengenai kontroversi Panji dan Al-Zaytun. Wapres akan meminta pandangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga organisasi kemasyarakatan sebelum mengambil kebijakan.
"Nanti saya minta dikoordinasikan di tingkat Menko Polhukam untuk membahas langkah apa yang harus kami ambil," kata Ma'ruf di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (20/6).
Nama Panji Gumilang sendiri bukan pertama kali terseret permasalahan. Pada 2011 lalu, ia dipanggil aparat karena dituding terlibat dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) KW IX.
Ia bahkan sempat menjadi tersangka dalam dugaan pemalsuan dokumen. Ujungnya, Panji harus mendekam di penjara selama 10 bulan pada 2015.
Berikut daftar kontroversi Panji Gumilang dan Al-Zaytun:
Dugaan NII dan Memalsukan Dokumen
Panji dilaporkan mantan Menteri Peningkatan Produksi NII, Imam Supriyanto ke kepolisian pada 2011 silam. Imam menuding Panji terlibat pemalsuan dokumen dan diduga terkait aktivitas gerakan NII di Al Zaytun.
Sempat mangkir, Panji datang ke Badan Reserse Kriminal dan menyebut dirinya tak pernah memalsukan dokumen. "(Saya datang) enggak bawa apa-apa. Bawa pikiran dan iman," kata Panji di Bareskrim pada 28 Juni 2011 dikutip dari Antara.
Empat bulan kemudian, penyidik menetapkan Panji sebagai tersangka pemalsuan dokumen. Ia diduga memalsukan dokumen dengan menghilangkan nama Imam dalam kepengurusan yayasan Ponpes Al-Zaytun.
Usai tujuh kali persidangan, ia divonis 10 bulan penjara. Panji sempat mengajukan banding, namun ditolak.
Shaf Campur Pria dan Wanita saat Salat
Kontroversi lain adalah munculnya jemaah wanita di shaf pria saat salat Ied pada 22 April. Foto tersebut dibagikan oleh akun Instagram Kepanitiaanalzaytun.
Terlihat dalam foto tersebut, ada seorang jemaah wanita yang sedang ikut salat berjemaah. Wanita tersebut berada pada baris paling depan.
Foto tersebut ditanggapi kritik para warganet. Mereka beranggapan jemaah wanita harus berada di belakang pria saat menunaikan salat.
Merespons komentar warganet, akun Instagram Kepanitiaanalzaytun lalu membagikan tautan resmi Kementerian Agama. Isinya, jemaah laki-laki dan perempuan punya hak yang sama pada deretan terdepan Baitullah.
Azan Menghadap Jemaah
Hal lain yang menimbulkan kontroversi adalah azan menghadap jemaah. Fenomena tersebut sempat tersebar di media sosial.
Terlihat seorang muadzin mengenakan jas dan peci berwana hitam mengumandangkan azan. Bedanya, jika azan biasanya menghadap kiblat, sang muadzin menghadap jemaah. Muadzin tersebut juga meletakkan tangan kanannya saat mengumandangkan azan.