3 Warga Meninggal Akibat Tertular Antraks, Diduga dari Hewan Kurban
Kementerian Kesehatan RI melaporkan sebanyak tiga warga di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meninggal dunia akibat penyakit antraks yang ditularkan dari hewan ternak. Kementerian Pertanian mendistribusikan 96.000 dosis vaksin untuk mencegah lebih banyak hewan ternak yang tertular.
"Kalau kasus meninggal ada tiga orang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari Antara, Kamis (6/7).
Kemenkes hingga saat ini masih melakukan penyelidikan epidemiologi kasus tersebut di dua Kecamatan yakni Semanu, dan Karangmojo untuk mengukur sebaran hingga penyebab pasti penularan virus.
Hasil sementara hingga saat ini terkumpul 93 pasien positif antraks di wilayah tersebut berdasarkan hasil tes serologi. Sedangkan hasil pemeriksaan terhadap seluruh kasus meninggal melalui genom sekuensing menunjukkan hasil positif antraks.
"Dalam pemeriksaan, menunjukkan hasil positif antraks di dalam tubuhnya," kata Nadia.
Ia mengatakan kasus antraks di Gunung Kidul merupakan kasus perdana pada tahun 2023 setelah di tahun sebelumnya dilaporkan nihil. "Sejauh ini baru kasus di Gunung Kidul yang terjadi pada tahun ini dengan total 93 positif serologi dan kami masih melakukan penyelidikan epidemiologi," katanya.
Nadia menambahkan sebagian pasien masih ada yang dirawat dan sebagian lainnya sudah dinyatakan sembuh.
Diduga dari Konsumsi Daging Idul Adha
Dugaan sementara kejadian itu disebabkan konsumsi daging sapi yang berlangsung saat perayaan Idul Adha 1444H/2023, sebab Kabupaten Gunung Kidul termasuk dalam daerah endemi antraks.
"Sapi bisa tertular saat memakan rumput yang mengandung virus antraks. Ada juga kemungkinan virus antraks yang selama ini mengendap di bawah tanah terangkat karena aktivitas penggarap, sebab antraks bisa bertahan hidup lama di permukaan tanah," katanya.
Untuk itu masyarakat diimbau selektif memilah kualitas daging sapi, khususnya yang berasal dari peternakan di perkebunan endemi antraks.
Kepada masyarakat sekitar, Nadia berpesan agar aktivitas berternak dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti sepatu boot, sarung tangan, hingga pakaian yang menutup seluruh bagian tubuh.
Kementan Distribusikan Vaksin
Sementara itu, Kementerian Pertanian melakukan penanganan penyakit zoonosis antraks yang ditemukan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Penanganan tersebut di antaranya dengan upaya mitigasi dan isolasi wilayah, serta menurunkan Tim kesehatan hewan ke lokasi untuk investigasi.
Selain itu. Kementan juga telah mendistribusikan logistik Obat-obatan antibiotik, vitamin, serta cairan disinfektan sebagai perangkat utama dinas setempat dalam penanganan kasus.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nuryani Zaenudin mengatakan bahwa Kementan juga langsung melakukan investigasi kasus dengan pengambilan dan pemeriksaan sempel untuk diagnosis serta komunikasi dan advice strategis.
"Termasuk menghentikan lalu lintas keluar dan masuk di lokasi tertular. Sampai saat ini kasus pada ternak dan manusia terlokalisir di satu padukuhan yaitu Dukuh Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu," ujar Nuryani, Kamis (6/7).
Nuryani mengatakan, penyuntikan antibiotik sudah dilakukan pada semua hewan yang rentan tertular pada daerah terancam. Petugas juga melakukan dekontaminasi dengan disinfektan pada lokasi penyembelihan dan penguburan ternak. Adapun vaksin yang telah disuntikan di Gunungkidul mencapai 78 ekor sapi dan 286 ekor kambing.
"Jadi sejak kami terima laporannya pada 15 Juni 2023 lalu, kami langsung melakukan sosialisasi dan komunikasi informasi edukasi bersama Dinas Gunungkidul," katanya.
Ditambahkan Nuryani, sejauh ini vaksin operasional yang telah didistribusikan ke Gunungkidul mencapai 96.000 dosis, kemudian melakukan pengambilan sempel sebanyak 5.707 dan stok vaksin yang tersedia saat ini mencapai 110.000 dosis.
"Kami berharap kepedulian masyarakat terhadap antraks dapat terus meningkat dengan memperkuat surveilans pada area endemik dan terancam. Jadi jika ada kematian mendadak pada hewan masyarakat bisa melakukan pelaporan ke petugas terdekat untuk dilakukan penelusuran," katanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi mengatakan bahwa dampak penyakit antraks apabila dikonsumsi manusia dapat menyebabkan kematian. Mulanya, penyakit tersebut menyerang paru-paru lalu setelahnya akan melepuh dan berujung pada kematian.
"Dampak ke manusia bila daging antraks tetap dimakan maka akan merusak paru paru lalu melepuh. Jadi saya menghimbau kepada semua puskesmas di gunung kidul untuk lebih waspada mengingat spora antraks bisa hinggap dimana-mana," ujarnya.