Jokowi Jawab Kritik Faisal Basri Soal Hilirisasi: Logikanya Bagaimana
Presiden Joko Widodo angkat bicara terkait kritik Ekonom Senior Indef Faisal Basri terhadap program hilirisasi mineral. Jokowi menekankan program hilirisasi telah meningkatkan pendapatan negara.
Jokowi mencontohkan hilirisasi nikel yang meningkatkan nilai ekspor nikel menjadi Rp 510 triliun pada 2022. Jokowi mencatat nilai ekspor triliun sebelum masa hilirisasi hanya mencapai Rp 17 triliun.
"Negara itu hanya mengambil pajak. Mengambil pajak dari Rp 17 triliun sama ambil pajak Rp 500 triliun lebih besar mana?," kata Jokowi di Stasiun LRT Dukuh Atas, Kamis (10/8).
Pajak yang dimaksud Jokowi adalah Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penghasilan Badan, Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Penghasilan Perusahaan, royalti, bea ekspor, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun mempertanyakan tudingan Faisal terkait deindustrialisasi sektor pertambangan. Jokowi menekankan peningkatan nilai ekspor tersebut melalui proses industrialisasi.
Selain itu, Jokowi menilai peningkatan nilai ekspor tersebut meningkatkan kontribusi sektor industri kepada perekonomian nasional. Dengan demikian, Jokowi mengatakan kontribusi industrialisasi mineral terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan besar.
"Kontribusi terhadap PDB ekonomi pasti lebih gede. Logikanya bagaimana," kata Jokowi.
Sebelumnya, Faisal Basri mengkritik kebijakan hilirisasi yang dilakukan Jokowi. Ia mengatakan hilirisasi dan industrialisasi adalah dua hal berbeda.
Menurut Faisal, produk hilirisasi nikel hanya mendukung industrialisasi di Cina. Ini karena produknya mayoritas dikirim ke negara tersebut.
Hal yang sama juga berlaku pada produk hilirisasi besi dan baja. Meski nilai ekspornya naik, mayoritas masih dalam bentuk produk turunan bernilai tambah rendah dan bukan produk yang rumit.
"Dan sungguh hilirisasi itu kita tidak dapat banyak, maksimum 10%, sisanya 90% lari ke Cina," kata Faisal di Jakarta, Selasa (8/8).
Faisal berpendapat perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda mendapatkan banyak keuntungan dari kebijakan hilirisasi karena tidak membayar pajak bertahun-tahun lewat kebijakan tax holiday. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah mengkaji ulang pemberian diskon pajak tersebut.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia melakukan ekspor nikel sebanyak 777,4 ribu ton, naik 367% secara tahunan. Nilai total ekspor nikel Indonesia pada 2022 juga melonjak 369% (yoy) menjadi USD 5,97 miliar. Angka-angka tersebut merupakan rekor tertinggi dalam sedekade terakhir.
Sepanjang 2022, Indonesia paling banyak mengekspor nikel ke Cina, dengan pengiriman sebanyak 661,7 ribu ton. Pembeli terbesar berikutnya adalah Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Norwegia, India, Singapura, Hong Kong, Belgia, dan Timor Leste.