Pulau Jawa Jadi Kawasan Paling Jarang Hujan di Indonesia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan Pulau Jawa akan menjadi daerah dengan hari tanpa hujan terpanjang dibanding pulau-pulau lain di Indonesia.
Menurut data BMKG per 10 Agustus 2023, wilayah Jawa berada pada kategori hari tanpa hujan yang sangat panjang dan ekstrem panjang.
Berdasarkan klasifikasi jumlah hari, terdapat enam kategori hari tanpa hujan. Kategori normal artinya masih ada hujan, kategori sangat pendek berlangsung 1-5 hari, kategori pendek 6-10 hari, kategori menengah 11-20 hari, kategori panjang 21-30 hari, kategori sangat panjang 31-60 hari, kategori ekstrem panjang lebih dari 60 hari.
Sementara itu, sebagian besar wilayah Sumatra mengalami hari tanpa hujan dalam kategori sangat pendek, pendek, dan menengah.
Wilayah Kalimantan mengalami hari tanpa hujan dengan kategori sangat pendek, pendek, menengah, dan panjang. Sulawesi mengalami hari tanpa hujan dalam rentang hari yang pendek, menengah, dan panjang. Terakhir, wilayah Papua mengalami hari tanpa hujan dengan kategori sangat pendek.
Sebelumnya, pemerintah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata untuk menghadapi fenomena El Nino atau pemanasan suhu muka laut yang diprediksi berlangsung pada Agustus 2023.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, berdasarkan data pemodelan cuaca yang diperoleh pemerintah, fenomena El Nino diperkirakan berlangsung pada 2023. Namun, pemerintah belum dapat memastikan tingkat keparahan El Nino yang akan terjadi nanti.
"Untuk itu, kami akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino," tulis Luhut di laman akun resmi Instagram miliknya, Rabu (26/4).
Tak hanya menyiapkan teknologi modifikasi cuaca, Luhur juga meminta seluruh kementerian dan lembaga, serta pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, dan memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk El Nino delapan tahun lalu tidak terulang kembali.
Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan, fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah akhirnya telah berakhir, sebagai gantinya El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering.
"Berdasarkan data yang kami dapatkan, suhu laut juga telah mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016 yang lalu. Belum lagi gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini," jelasnya.
Belajar dari pengalaman tahun 2015 lalu yang terjadi di Indonesia, lanjut dia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas serta kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah. Hal ini tentunya berkorelasi pada turunnya produksi pertanian dan pertambangan.
"Belum lagi dampak luas terhadap inflasi Indonesia dikarenakan besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan . Hal ini terjadi karena diperkirakan 41% lahan padi mengalami kekeringan ekstrem di tahun tersebut," paparnya.
Data World Food Programme bahkan menyebut, 3 dari 5 rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan, dan 1 dari 5 rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan.