Rammang-Rammang: Jadi Jantung Perekonomian Masyarakat Kampung Berua

Patricia Yashinta Desy Abigail
20 Agustus 2023, 19:25
Infrastruktur Jalan di Rammang-Rammang
Katadata/Patricia Yashinta Desy Abigail
Infrastruktur Jalan di Rammang-Rammang

Sinar matahari menegaskan keelokan Kampung Berua, Desa Sanlerang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Angin berhembus dengan tenang, menyambut pohon-pohon yang tumbuh lebat di sana.

Di kampung yang hanya berjumlah 21 kartu keluarga ini, terdapat geowisata Rammang-Rammang dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, khususnya keindahan floranya. Nama Rammang-Rammang berasal dari bahasa Makassar yang bermakna awan atau kabut. Keindahannya lebih terasa saat menelusuri Sungai Pute menggunakan peuijjkirahu alias perahu motor.

Ketika perahu motor mulai melewati air Sungai Pute yang tenang selama dua menit, terlihat pemandangan pergunungan Karst. Karst merupakan pegunungan, yang terbentuk dari proses pelarutan suatu kawasan batuan karbonat atau batuan mudah terlarut.

Selain pegunungan Karst, mata akan dimanjakan dengan mangrove yang sangat rimbun dan nipah yang tumbuh nan subur. Tidak beberapa lama kemudian, perahu motor melewati goa gugusan Karst yang cekung. Eloknya alam Rammang-Rammang, tak mengherankan jika tempat ini dinobatkan sebagai 75 desa wisata terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

Kondisi jalan di Kampung Berua yang menjadi lokasi wisata Rammang-Rammang, hanya selebar langkah kaki orang dewasa atau sedikit lebih luas dari pematang sawah. Sisanya masih terdapat jalan bebatuan. Di sana, tersebar rumah-rumah warga yang jaraknya agak berjauhan satu dengan yang lainnya.

Pemilik penginapan sekaligus salah satu warga di Rammang-Rammang Naharuddin bercerita kepada Katadata.co.id tentang tempat ini dan harapan warganya. Sambil menikmati suasana Rammang-Rammang, Naharuddin mengungkapkan, dahulu terdapat tiga perusahaan tambang batu dan marmer di lokasi tersebut.

Pria berusia 42 tahun ini mengatakan, ketiga perusahaan itu mengancam kelestarian alam yang ada di Rammang-Rammang, khususnya di kawasan Karst. Apalagi, di pegunungan Karst tedapat situs-situs bersejarah penting, sebut saja Situs Batu Tianang, Situs Karama, dan Situs Pasaung.

"Tiga tambang yang pernah masuk berada di Gunung Barakha, dalam bahasa Indonesianya Gunung Berkah," kata Naharuddin baru-baru ini.

Namun dengan kegigihan warga Desa Sanlerang untuk menolak tiga perusahaan tambang batu dan marmer, akhirnya perusahaan berhenti beroperasi dengan dicabutnya izin oleh pemerintah Kabupaten Maros pada 2013.

Sampai saat ini, Naharuddin dan warga Rammang-Rammang selalu berusaha menjaga kelestarian alam. Walaupun wilayah tersebut merupakan wilayah pariwisata, Naharuddin yang juga menjadi pemandu wisatawan mengatakan tidak ingin para pendatang merusak alam yang ada di Rammang-Rammang.

Hal ini dikatakan Naharuddin karena keprihatinannya dengan tempat pariwisata lain di beberapa daerah yang rusak akibat ulah wisatawan yang tidak mengindahkan aturan. Selain itu, tidak terdapat aturan mengenai batasan-batasan untuk para wisatawan.

"Kami selalu mengedukasi para wisatawan yang ingin menikmati alam Rammang-Rammang. Khususnya kalau mau mengunjungi situs-situs bersejarah," tuturnya.

Naharuddin bercerita, jika wisatawan sangat jarang mengunjungi situs Batu Tianang maupun situs Karama. Kecuali, kalau diantar oleh penduduk lokal untuk memandu dan mengantar mereka ke situs tersebut. Lain dengan Rammang-Rammang, aturan ketat diberikan kepada wisatawan yang ingin mengunjungi situs bersejarah itu dan wajib untuk didampingi.

"Situs-situs itu sudah masuk wisata minat khusus sebenarnya dan harus diedukasi dulu. Termasuk tidak boleh memotret memakai cahaya kamera, merokok, menyentuh karena mempercepat pelapukan gambar-gambar yang ada di dinding gua," sebutnya.

Rammang-Rammang
Rammang-Rammang (Katadata/Patricia Yashinta Desy Abigail )

 

Sampah Plastik, Pupuk Guano, dan Bisnis Homestay Jadi Kekuatan Ekonomi Masyarakat Rammang-Rammang 

Keindahan Rammang-Rammang yang menghipnotis pengunjungnya, tidak lepas dari masalah yang kerap terjadi di beberapa tempat wisatawan yaitu sampah. Walau pengunjung merasakan indahnya Rammang-Rammang yang mempesona, tidak dipungkiri jika beberapa di antara mereka lupa untuk menjaga kebersihan.

Setiap tahun, kata Naharuddin, objek wisata Rammang-Rammang didatangi ratusan hingga ribuan pengunjung dari mancanegara maupun lokal. Namun sayangnya sejumlah pengunjung masih belum memiliki kesadaran dalam menjaga kebersihan, seperti untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Untuk menekan jumlah sampah plastik, masyarakat membuat ecobrick yang ternyata sangat bermanfaat bagi mereka. Sebagai informasi, ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological seperti sampah plastik. Botol plastik ini digunakan untuk membuat blok bangunan. Naharuddin menjelaskan masyarakat Rammang-Rammang sempat menggunakan ecobrick sebagai alat pembayaran.

Dia menceritakan masyarakat yang membutuhkan peralatan rumah tangga, bisa menyicil pembayaran dengan menggunakan ecobrick. Di Rammang-Rammang, ecobrick digunakan untuk membuat lantai pengganti batu bata dengan harga Rp 1.000 per botol.

Halaman:
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail
Editor: Lona Olavia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...