Meski Dibuka Menguat, Rupiah Diperkirakan Melemah Jelang Akhir Pekan
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka mengua t0,1% ke Rp 15.355 per dolar AS pada awal perdagangan hari Jumat (15/9). Kendati demikian, para pengamat melihat rupiah masih akan berpotensi melemah.
Analis pasar uang Lukman Leong menilai rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS. Ia memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang 15.350-15.450.
Pelemahan ini diperkirakan terjadi usai Amerika Serikat merilis data ekonomi terbaru. Klaim pengangguran dan inflasi produsen Negeri Abang Sam ternyata lebih baik dari perkiraan awal.
Sedangkan pengamat pasar uang, Ariston Chendra menilai rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS karena mengikuti pelemahan nilai tukar regional lainnya.
Selain itu, indeks dolar AS bergerak ke atas level 105 pasca rilis data semalam menunjukan bahwa perekonomian masih solid. Data penjualan ritel bulan Agustus menunjukkan pertumbuhan bulanan 0,6% vs sebelumnya 0,2%.
Data tunjangan pengangguran mingguan menunjukkan jumlah klaim masih mencapai 220 ribu, berada bawah ekspektasi 225 ribu. Sedangkan data inflasi produsen bulan Agustus masih belum turun sesuai harapan. Data ekonomi AS yang solid ini mendukung kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS.
Tapi di sisi lain, Bank Sentral Cina kemarin sore memangkas giro wajib minimum sebesar 25 basis poin, memberikan sentimen positif ke aset berisiko.
“Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah dan mungkin bisa berbalik menguat bila data-data ekonomi China yang dirilis lebih bagus dari ekspektasi pasar,” katanya.
Dari dalam negeri, pasar perlu memperhatikan data neraca perdagangan bulan Agustus yang akan dirilis. Pasar berekspektasi terjadi penurunan pertumbuhan ekspor dan impor yang bisa membebani pergerakan rupiah.
Ariston melihat potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 15.370 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke arah Rp 15.300 per dolar.