Alasan Jokowi Kucurkan Dana Hibah US$ 5 Juta untuk AIS Forum
Indonesia berkomitmen menyiapkan dana hibah US$ 5 juta untuk mengatasi perubahan iklim dan pengembangan inovasi baru dan tata kelola laut yang berlanjutkan. Besaran komitmen pendanaan tersebut selama 2022-2025 untuk mendukung eksistensi Archipelagic and Island State (AIS) Forum 2023.
"Indonesia sebagai negara maritim akan terus jadi barisan terdepan mendukung AIS forum sebagai kerja sama yang inklusif negara kepulauan dan negara pulau," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan keterangan pers Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) AIS Forum 2023 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada Rabu (11/10).
Pendanaan tersebut diharap mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. Komitmen pendanaan itu bakal dialirkan ke beberapa proyek kerja konkret, seperti penyaluran beasiswa kepada masyarakat pesisir, pengembangan AIS Blue Startup Hub, pelatihan digitalisasi UMKM.
Selain itu, dana hibah itu juga diharap mampu memberikan manfaat strategis terkait perhitungan karbon laut dan pelestarian hutan bakau. "Indonesia mengajak seluruh negara yang hadir untuk tetap menjaga kesatuan dan kolaborasi walaupun di tengah dunia yang terbelah," ujar Jokowi.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Jodi Mahardi menyatakan komitmen pendanaan dalam forum tersebut baru datang dari Indonesia. Harapannya, negara atau organisasi internasional lainnya akan mengikuti.
Peningkatan komitmen pendanaan terhadap AIS Forum, menurut Jodi, akan memberikan dampak positif. Khususnya bagi kepemimpinan Indonesia di kawasan dan di negara pulau dan kepulauan. “Tentunya harapan kami menjadi sebuah terobosan bagi diplomasi ekonomi biru di tingkat global,” katanya.
AIS Forum lahir berdasarkan Deklarasi Manado pada 1 November 2018 dalam Pertemuan Tingkat Menteri AIS Forum. Sejak itu, Indonesia telah berkontribusi dalam hal pendirian Sekretariat AIS dan pengembangan program.
Pada 2019 Indonesia menyalurkan kontribusi sebesar US$ 1 juta untuk mendirikan sekretariat tersebut, implementasi kerja sama, dan memperkuat kolaborasi antarnegara. “Kami buat platform berbagi pengetahuan, lokakarya,” ucap Jodi.
KTT AIS Forum 2023 merupakan wadah kerja sama antarnegara pulau dan kepulauan yang bertujuan memperkuat kolaborasi mengatasi empat masalah global yakni mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, ekonomi biru, penanganan sampah plastik di laut dan tata kelola maritim.
Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan Kemenko Marves Sora Lokita menyebut KTT AIS Forum 2023 menjadi wadah saling membantu dan saling menguntungkan. Salah satunya melalui pelatihan di bawah wadah AIS Forum untuk pembuatan keramba dan rumpon yang menjadi inovasi baru di negara pulau dan kepulauan, di antaranya di Fiji dan Madagaskar.
“Ternyata pelatihan membuat keramba di Fiji adalah keramba pertama di Pasifik yang terbiasa dilakukan di Indonesia. Itu salah satu program konkrit di AIS,” katanya.
Atas dasar kesamaan kondisi geografis dan tantangan, lanjut dia, maka KTT AIS Forum 2023 menjadi wadah penting bagi negara-negara pulau dan kepulauan untuk bertukar informasi untuk menemukan solusi atas tantangan perubahan iklim, tata kelola kelautan, hingga polusi.
“Kami berada di dalam sebuah forum yang bisa saling tukar pikiran, berbagi pengalaman terbaik, berbagi pengetahuan, dan harus sama-sama menjaga satu sama lain dalam konteks ini,” ujarnya.