Survei Indikator, Toleransi Masyarakat atas Politik Dinasti Menguat
Hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia periode 27 Oktober sampai 1 November 2023, menempatkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dengan elektabilitas tertinggi yaitu 40,6%. Disusul dengan Ganjar Pranowo sebesar 27,8%. Meski tertinggal, elektabilitas Anies Baswedan kian menguat dengan perolehan 23,7%.
Dalam simulasi tersebut, jika para capres dipasangkan dengan cawapresnya, posisi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berada di puncak, dengan perolehan 39,7%. Berada di urutan kedua, ada pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan perolehan 30,0%. Sedangkan di urutan ketiga ada pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan perolehan 24,4%.
Kemudian dalam simulasi 2 pasangan, elektabilitas Prabowo-Gibran unggul melawan Ganjar-Mahfud dengan perolehan 53,6% berbanding 33,3%. Pasangan ini juga unggul atas lawan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan angka 46,7% melawan 37%.
Mengenai isu politik dinasti yang mengemuka usai putusan Mahkamah Konstitusi yang dinilai menguntungkan Gibran untuk melenggang maju sebagai cawapres Prabowo, survei Indikator menunjukkan penurunan kekhawatiran masyarakat terhadap situasi tersebut. Survei tersebut mengungkapkan sebanyak 10,2% masyarakat merasa kondisi itu sangat mengkhawatirkan, 29% mengatakan cukup mengkhawatirkan.
Sedangkan 42,9% mengatakan biasa saja dan sisanya menyebutkan tak begitu mengkhawatirkan hingga tak mengkhawatirkan sama sekali. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, 16-20 Oktober 2023, ada 47,9% responden yang merasa cukup dan sangat khawatir terhadap politik dinasti.
Toleransi responden terhadap politik dinasti pun menguat. Sebanyak 52,6% responden menyatakan politik dinasti tak menjadi persoalan selama masih melalui proses pemilu secara langsung oleh rakyat. Hanya 36,3% responden yang menyatakan politik dinasti akan menghambat demokrasi Indonesia meski dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu.
Pendiri sekaligus peneliti utama Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan dua hasil survei ini menunjukkan masyarakat yang kian permisif atas isu politik dinasti yang melibatkan nama Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto. "Mereka yang mengatakan politik dinasti sangat mengkhawatirkan atau mengkhawatirkan, trennya menurun dibanding survei MK pasca mengambil keputusan," kata Burhanuddin, Minggu (12/11).
Survei ini diambil dalam dua rentang waktu, yaitu sebelum dan sesudah putusan MK mengenai syarat usia capres dan cawapres. "Saya kaget juga. Saya pikir isu ini cukup menarik perhatian tetapi masyarakat kita tidak terlalu ambil pusing," kata dia.
Sebagai informasi, survei ini dilakukan pada 27 Oktober 2023 hingga 1 November 2023 dengan populasi warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel 1.220 orang yang berasal dari seluruh provinsi.
Burhanuddin mengatakan fenomena ini menarik untuk menjadi bahan riset lebih dalam. "Apa yang salah dengan masyarakat kita yang cenderung lebih toleran," kata dia.
Fenomena menguatnya elektabilitas Prabowo juga terungkap dalam survei Poltracking yang dirilis pada Jumat (10/11). Dalam survei itu, pasangan Prabowo-Gibran unggul melawan dua kandidat lain, meskipun diterpa isu politik dinasti. Survei Poltracking diadakan pada 28 Oktober-3 November 2023, sesudah putusan MK.