Bukan Hanya Indonesia, 13 Negara Ini Pakai Wolbachia untuk Perangi DBD
Kementerian Kesehatan bakal menyebar nyamuk dengan bakteri Wolbachia di lima kota di Indonesia untuk memerangi penyakit demam berdarah dengue. Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad menyebut Wolbachia yang dimasukkan dalam nyamuk Aedes aegypti lebih manjur mengatasi DBD ketimbang vaksin.
“Ada reduksi kasus DBD hingga 77%, jauh lebih tinggi dari hipotesis kami yang hanya 50%. Bahkan ada hal yang menarik lagi, karena menurunkan kebutuhan rawat RS sampai 86%,” kata Riris dalam diskusi daring terkait bakteri Wolbachia, Senin (21/11).
Kajian efektivitas bakteri Wolbachia sudah dilakukan sejak 2011 di Yogyakarta, oleh World Mosquito Program alias WMP di Yogyakarta. Menurut Doni, keefektifan Wolbachia bergantung pada kepadatan masyarakat dan jumlah kasus penyakit di sana. Bila daerahnya luas tapi penduduknya sedikit, pendekatan Wolbachia tidak akan efektif.
“Seberapa mahal implementasi ini bergantung pada luasan wilayah. Oleh karena itu populasi nyamuk Aedes aegypti kecil dan dampaknya tidak tinggi,” ujar Riris.
Meski demikian, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari tidak sepakat dengan rencana pelepasan nyamuk dengan Wolbachia ini. Menurutnya angka kasus DBD di Indonesia masih terkendali sehingga belum diperlukan kebijakan tersebut.
Siti mengingatkan adanya kemungkinan efek samping dalam jangka panjang. Ia menilai nyamuk dengan Wolbachia ini bisa mengubah sistem genetika makhluk hidup tanpa bantuan tangan manusia atau genetic drive.
“Bagaimana anda bisa megontrol genetic drive? Di Sri Lanka, setelah penyebaran Wolbachia, muncul nyamuk yang lebih ganas," katanya dalam saluran Youtube.
Melansir laman World Mosquito Program atau WMP, penggunaan Wolbachia ini sudah dilakukan di tiga wilayah; Amerika Latin, Asia, dan Oseania. Di Amerika Latin, WMP bekerja di lima negara yakni:
- Brazil
Pelepasan nyamuk Wolbachia di Brazil dilakukan sejak September 2014 pada lima kota yakni Rio de Janeiro, Niterói, Belo Horizonte, Campo Grande, dan Petrolina dengan luas total wilayah 1.070 km2.
Berdasarkan artikel yang diterbitkan Sofia B. Pinto, dkk., di Public Library of Science, Wolbachia berhasil mengurangi kasus tiga penyakit di Niterói. Kasus DBD berkurang hingga 69,4%, chikunguya 56%, dan Zika 37%.
- Kolombia
Kolombia menggunakan teknologi Wolbachia sejak 2016 di tiga kota: Medellín, Bello, dan Cali seluas 160 km2. Dari laman DW, ada pengurangan 97% kasus DBD di ketiga kota tersebut.
- Meksiko
Meksiko menjadi negara pertama di Amerika Utara yang berkolaborasi dengan WMP. Pelepasan nyamuk dengan Wolbachia dilakukan sejak Januari 2019 di La Paz dengan luas wilayah 50 km2.
- Honduras
Proyek ini berjalan di Tegucigalpa sejak Juli 2023 dan pelepasan nyamuk sudah dilakukan pada Agustus 2023 lalu. Dari seluruh proyek WMP di Amerika Latin, proyek di Honduras yang paling kecil dengan luas wilayah 3,3 km2.
- El Savador
Proyek WMP baru berjalan pada Agustus 2023 di Santa Ana, Chalchuapa, dan San Sebastián Salitrillo dengan total luas wilayah 31 km2. WMP berharap kesadaran masyarakat akan meningkat sehingga pelepasan nyamuk dengan Wolbachia bisa dilakukan pada Januari 2024.
Di Asia, WMP bekerja pada empat negara, yaitu:
- Indonesia
Proyek WMP sudah dilakukan di Yogyakarta sejak 2012 dan Bali sejak 2022. Pelepasan nyamuk sudah dilakukan pada 2020 di Yogyakarta, disusul Sleman dan Bantul pada 2021 dan 2022. Dari penelitian ditemukan ada pengurangan 77% kasus DBD di tiga daerah ini, bila dibandingkan dengan daerah tanpa intervensi Wolbachia.
- Laos
Proyek WMP di Laos berlangsung sejak Juli 2022 di Vientiane. Pelepasan nyamuk dengan Wolbachia di Laos dimulai pada April 2023 di Chanthabouly dan Xaysettha, Vientiane. Total luas wilayah proyek ini baru berkisar 9,4 km2.
- Vietnam
Sejak 2006, WMP sudah melakukan intervensi di Nha Trang, Vietnam dan pelepasan nyamuk dilakukan pada 2013–2014. Pada 2020, intervensi kembali dilakukan di wilayah Selatan Vietnam, yakni My Tho dan Thu Dau Mot. Dua tahun berselang, nyamuk dengan Wolbachia sudah dilepaskan. Tercatat total luas wilayah proyek ini 39 km2.
- Sri Lanka
Sejak 2017, WMP bekerjasama dengan Kementerian Keshatan Sri Lanka untuk menjalankan proyek nyamuk dengan Wolbachia di area Colombo. Pelepasan nyamuk itu terjadi pada 2020, dengan total luas wilayah proyek 20 km2.
Ada lima negara di Oseania yang memperoleh intervensi WMP, yakni:
- Australia
Sejak awal intervensi pada 2009, WMP masuk ke empat daerah di Queensland dan berhasil mengurangi tingkat DBD hingga 96%.
- Fiji
Proyek WMP di negara ini berlangsung dalam dua fase, pertama pada 2017 di Suva dan di Lautoka dan Nadi pada 2019. Pelepasan nyamuk di Suva berlangsung pada 2018 sementara di Lautoka dan Nadi pada 2019.
- Kiribati
Kiribati mendapatkan intervensi WMP pada 2017 di Tarawa Selatan. Dua tahun berselang, nyamuk dengan Wolbachia mulai dilepaskan ke alam.
- Kaledonia Baru
Proyek ini dimulai di Nouméa pada 2018 dan melepaskan nyamuk pada 2019–2021. Pengamatan terbaru pada Mei 2023, 89% nyamuk di sana sudah membawa bakteri Wolbachia. Dua daerah lain menyusul program ini, yakni Dumbéa dan Mont-Doré pada 2021 serta Paita pada 2023. Pada April 2023, 77% nyamuk di Dumbéa membawa bakteri Wolbachia sementara di Mont-Doré senilai 71%.
- Vanuatu
Proyek WMP Vanuatu dimulai di Port Vila pada 2017 dan pelepasan nyamuk berlangsung dari 2018–2019. Adapun total luas wilayah proyek sebesar 39 km2.