Sikap Muhaimin dan Mahfud Dinilai Beda dengan Gibran Soal Lingkungan
Debat keempat Pemilihan Presiden 2024 dengan tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, serta masyarakat adat dan desa yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu (21/1) malam. Dalam debat tersebut, giliran tiga calon wakil presiden yakni Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD yang saling bertukar pikiran.
Direktur Algoritma Research and Consulting yang juga merupakan Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana menyoroti topik yang menjadi perhatian dari ketiga calon presiden. Menurutnya, cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD memiliki perhatian yang sama dalam isu lingkungan, sumber daya alam (SDA), dan juga desa.
Adit berpandangan hal yang disoroti oleh dua cawapres dari kubu berbeda itu melingkupi sudut pandang kelompok masyarakat yakni para petani yang terdampak dari eksploitasi SDA yang ada. Selain itu, disoroti pula permasalahan mafia sebagai faktor pengganggu dan memperumit permasalahan hukum dalam lingkup tersebut.
“Sehingga pendekatan kebijakan yang mereka tawarkan dalam kerangka people oriented dan partisipatif agar dapat mengatasi berbagai masalah yang selama ini terus berulang, terutama yang bersinggungan dengan kebijakan,” kata Adit dalam keterangannya, Senin (22/1).
Adit juga menggarisbawahi strategi Mahfud MD yang menyampaikan opsi membereskan birokrasi. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan itu bertekad melakukan pembenahan aparat penegak hukum yang main mata dalam penyalahgunaan eksploitasi SDA.
Sedangkan Gibran, berdasarkan kesimpulan Adit, lebih banyak menekankan melanjutkan kebijakan yang telah ada. Putra Presiden Joko Widodo itu juga terlihat jelas ingin melanjutkan program Jokowi dengan membuka ruang yang luas sebagai upaya pengembangan bisnis dan perluasan usaha di sektor energi dan lingkungan hidup atau green economy.
“Pendekatan yang disampaikan oleh Gibran tentu memiliki perspektif yang jelas untuk para pengusaha dan memberikan optimisme untuk munculnya green jobs di masa depan,” kata Adit.
Adit mengatakan, perspektif yang disampaikan Gibran ini bertolak belakang dengan apa yang disoroti Muhaimin dan Mahfud yang lebih menekankan pada pembangunan yang adil bagi semua pihak dan tak ada yang tertinggal. “Inilah poin penting secara substantif dalam perdebatan yang ada kemarin,” kata Adit.
Di sisi lain, Adit pun menyoroti sikap Gibran yang mengulang penggunaan istilah saat bertanya terhadap kandidat lainnya. Menurutnya, apa yang dilakukan putra Presiden Joko Widodo tersebut menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
“Bumerang bagi Paslon 2 karena reaksi yang ditampilkan oleh Paslon 1 dan 3 juga kontra dan bahkan tidak berkenan untuk dilanjutkan perbincangannya,” katanya.
Ia mengatakan, seharusnya forum debat menjadi wadah untuk saling bertukar ide dan gagasan kebijakan. Menurutnya, debat keempat telah membuka pandangan publik bahwa calon pemimpin tak hanya harus memiliki kapasitas berupa pengetahuan dan pengalaman, namun juga harus diiringi dengan kepatutan dalam berkomunikasi yang baik dalam forum resmi.
“Sehingga saya melihat bahwa menjadi penting diperhatikan oleh pemilih masih galau dari penampilan pada cawapres sebagai pertimbangan di hari pemilihan nanti,” kata Adit.
Dalam debat yang berlangsung di JCC Muhaimin beberapa kali mengulang mengenai pentingnya pembangunan berkeadilan. Ia juga menyorot soal etika lingkungan. Adapun Gibran beberapa kali menekankan pembangunan terutama hilirisasi yang berwawasan lingkungan. Adapun Mahfud mengemukakan pembenahan hukum dan penegakan tata kelola lingkungan yang lebih baik.