Kritik Food Estate, Ganjar: Pemerintah Harusnya Libatkan Petani

Luky Maulana
Oleh Luky Maulana - Tim Publikasi Katadata
30 Januari 2024, 15:15
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo (ketiga kiri) berjabat tangan dengan petani bawang di sela dialog di Brebes, Jawa Tengah, Rabu (10/1/2024). Ganjar menyatakan akan menuntaskan berbagai permasalahan petani bawang di antaranya mahalnya pupuk, kura
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym.
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo (ketiga kiri) berjabat tangan dengan petani bawang di sela dialog di Brebes, Jawa Tengah, Rabu (10/1/2024). Ganjar menyatakan akan menuntaskan berbagai permasalahan petani bawang di antaranya mahalnya pupuk, kurangnya pasar untuk menjual hasil tani, serta kurangnya aliran air sungai untuk irigasi.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Ganjar Pranowo menyampaikan kritik pedas ihwal kegagalan Food Estate yang menjadi tanggung jawab Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Calon Presiden nomor urut tiga itu menduga pelaksanaan proyek swasembada pangan ini tak melibatkan petani sebagai ahlinya. 

Semula, proyek lumbung pangan seluas 600 hektare di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, itu ditargetkan menghasilkan singkong. Namun, faktanya, singkong yang ditanam itu gagal. Belakangan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian pun menggantinya dengan tanaman jagung. 

Menurut Ganjar, Kementerian Pertahanan mestinya bisa mengajak secara langsung petani dalam proyek lumbung pangan ini. Dengan begitu, bisa memilih lahan yang cocok untuk ditanami komoditas pangan tertentu. 

"Kalau mau tanam singkong tanahnya bisa enggak buat tanam singkong, kalau enggak bisa ya jangan tanam singkong,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (29/1). 

Berdasarkan temuan Greenpeace, Walhi Kalimantan Tengah, Save Our Borneo, dan LBH Palangkaraya, tanaman jagung yang berada di lumbung pangan itu justru ditanam di atas pot plastik. Adapun tanah yang menjadi medium tanam juga bukan berasal dari wilayah Gunung Mas. 

Ganjar lantas menduga pembebasan lahan Food Estate cuma untuk diambil kayunya. Pendapatnya tersebut berdasarkan pengalamannya selama menjadi anggota DPR di Komisi IV yang membidangi pertanian, pangan, maritim, dan kehutanan. 

Selama menjabat sebagai anggota legislatif, Ganjar menyebut kerap menemukan modus para perambah hutan melakukan 'land clearing' untuk perkebunan sawit. Padahal, mereka sebenarnya berniat untuk mengambil kayu di lahan tersebut. Nantinya, kayu tersebut diduga akan dijual ke industri termasuk industri kertas. 

"Tanyakan kayunya ada dimana sekarang?," kata Capres yang diusung koalisi PDI Perjuangan, PPP, dan Perindo ini seraya bertanya ihwal kondisi kayu dari lahan Food Estate. 

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu lantas mengusulkan, alih-alih membuka lahan baru, pemerintah mestinya bisa mencari, sekaligus mendata lahan menganggur yang tersebar di berbagai desa. Lahan tersebut, menurutnya, dapat dialihfungsikan sebagai proyek lumbung pangan. 

Dengan begitu, pemerintah pun bisa melibatkan petani lokal, serta anak-anak desa untuk bertani dengan cara yang modern. Di sini, pemerintah bisa pula mendampingi mereka dengan memperhatikan kearifan lokal masing-masing daerah. 

"Saya sudah pernah bicara dengan pengusaha, 'Sudah lah mas Ganjar serahkan pada mereka (petani) kita yang dampingi' jadi. Enggak usah mimpi yang gede-gede,” kata dia. 



Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...