Alasan Beda Nasib Golkar dan Gerindra Meski Satu Kubu Dukung Prabowo

Muhamad Fajar Riyandanu
28 Februari 2024, 15:15
Warga meneriakkan yel-yel saat mengikuti rangkaian kegiatan Jalan Sehat Prabowo-Gibran 2 di Denpasar, Bali, Minggu (4/2/2024).
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt.
Warga meneriakkan yel-yel saat mengikuti rangkaian kegiatan Jalan Sehat Prabowo-Gibran 2 di Denpasar, Bali, Minggu (4/2/2024).
Button AI Summarize

Golkar dan Gerindra beda nasib dalam meraih suara di Pemilu 2024, meski sama-sama sebagai pengusung calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming. Berdasarkan hitung cepat (quick count) dan versi real count sementara dari Komisi Pemilihan Umum, Golkar lebih unggul dibandingkan Gerindra.

Berdasarkan real count KPU hingga Rabu (28/2) pukul 14.45 WIB, jumlah suara terkumpul mencapai 65,3% dari seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS). PDIP meraih suara paling tinggi 16,53% diikuti Golkar meraih 15,18%. Kemudian di posisi ketiga, Gerindra memperoleh 13,41%.

Ketua Majelis Pertimbangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy, mengungkapkan keprihatinannya Gerindra yang gagal mendapatkan coattail effect dari Prabowo. Mengingat Prabowo Subianto yang juga merupakan Ketua Umum Gerindra.

"Saya masih mencari sebab secara ilmiah ini kenapa Gerindra yang punya calon presiden dan seharusnya mendapat coattail effect paling besar, itu tidak mendapatkannya," kata Rommy, dikutip dari podcast Total Politik. 

Data Quick Count Perolehan Suara Golkar vs Gerindra

Lembaga SurveiGolkarGerindra
Kompas14,64%13,47%
Charta Politika13,84%13,52%
Indikator14,97%13,39%
LSI14,85%13,02%
Poltracking15,18%13,94%

Rommy menyampaikan observasinya terhadap fenomena coattail effect atau efek jas ekor yang tidak menguntungkan Gerindra. “Coattail effect itu gak maksimal, saya enggak ketemu logikanya," ujar Rommy.

Gerindra telah dua kali mengusung Prabowo sebagai capres dalam dua pemilihan presiden terakhir. Pada saat Prabowo maju sebagai kandidat presiden pada 2014 dan 2019, Gerindra mendapatkan dukungan yang signifikan meskipun kalah Prabowo dalam pemilihan tersebut.

Rommy menyebutkan kurangnya pengetahuan publik terhadap identitas politik para kandidat sebagai salah satu penyebabnya. Menurutnya, tingkat pengetahuan yang tinggi ini adalah faktor penting dalam memicu “coattail effect”, tokoh populer cenderung membuat partai politik mendapatkan dukungan yang lebih besar.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...