Kemenkes Inisiasi Penggunaan AI Deteksi Penyakit Jantung

Muhamad Fajar Riyandanu
14 Juni 2024, 16:29
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tertawa saat berbicara dengan stafnya sebelum melakukan rapat kerja bersama Komisi IX DPR dan sejumlah pakar di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (28/11/2023).
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tertawa saat berbicara dengan stafnya sebelum melakukan rapat kerja bersama Komisi IX DPR dan sejumlah pakar di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Button AI Summarize

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mulai menginisiasi penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence atau AI dalam praktik pelayanan medis ke pasien.

Kemenkes kini sedang melakukan terobosan mengadopsi teknologi AI untuk membantu praktik dokter spesialis radiologi, spesialis neurologi dan spesialis patalogi anatomi. "Kemenkes sudah mulai inisiatif AI terkait SpRad, SpN dan SpPA," kata Budi dikutip Jumat (14/6).

Budi meyakini bahwa perkembangan teknologi AI di bidang kesehatan akan membawa perubahan signifikan bagi peningkatan layanan kesehatan di Indonesia. Dia mengatakan, penggunaan teknologi AI di bidang kesehatan setidaknya akan memberikan dukungan kesehatan yang lebih akurat.

Hal ini mengingat di dalam tubuh manusia terdapat lebih dari 30 juta gen, 87 miliar neuron yang mayoritas berada di otak, 300 triliun sel, dan 37 triliun microbiome, yang saling terhubung dan memengaruhi kesehatan manusia.

Dia mengatakan peran teknologi AI nantinya dapat mengubah cara kerja kedokteran dan membantu dokter dalam mendeteksi penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dengan lebih mudah, cepat, dan presisi.

Menurut Budi, pemahaman ilmiah terhadap penyebab penyakit jantung yang makin meningkat berimplikasi melahirkan teknologi terus berkembang. Dia mencontohkan, sebelum adanya Lab Darah High-Density Lipoprotein (HDL), Low-Density Lipoprotein (LDL) untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular, seorang dokter menggunakan stetoskop sebagai alat utama untuk diagnosa penyakit jantung.

Kemudian, teknologi berkembang dengan adanya elektrokardiografi untuk mengetahui pergerakan grafiknya. Lalu, berkembang lagi dengan kemunculan teknologi CT Scan yang bisa mendeteksi penyakit jantung dengan melakukan scan pada dada. Yang terbaru, ada pemeriksaan gen untuk mengetahui mutasi gen dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit jantung.

"Perlahan secara bertahap alat deteksi harus dilengkapi dengan pemeriksaan darah, pemeriksaan ECG, pemeriksaan USG, pemeriksaan CT, Pemeriksaan Polygenic Risk Score, dan teknologi-teknologi baru ke depan," ujar Budi.

Budi menjelaskan bahwa pemanfaatan AI di bidang kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru di Indonesia. Sebelumnya, pemerintah telah menggunakan teknologi WhatsApp untuk menyediakan layanan telemedicine saat pandemi Covid-19, dan menyediakan layanan internet untuk puskesmas di daerah terpencil menggunakan teknologi Starlink.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...