Tafsiran Golkar soal Pidato Curhat Jokowi di Kongres NasDem

Muhamad Fajar Riyandanu
26 Agustus 2024, 16:58
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Presiden terpilih Prabowo Subianto (kanan) serta Ketua Umum Partai Golkar terpilih Bahlil Lahadalia (kedua kiri) menyampaikan keterangan pers seusai Musyawarah Nasional (Mu
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/sgd/foc.
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Presiden terpilih Prabowo Subianto (kanan) serta Ketua Umum Partai Golkar terpilih Bahlil Lahadalia (kedua kiri) menyampaikan keterangan pers seusai Musyawarah Nasional (Munas) XI Partai Golkar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2024).
Button AI Summarize

Partai Golkar menganggap pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan sambutan di Kongres III Partai NasDem tak menandakan keresahan Jokowi yang ditinggal partai politik koalisi. Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan pidato Jokowi di Kongres III NasDem sebagai upaya mengingatkan pentingnya menjaga kebersamaan dan solidaritas sebagai bangsa.

"Saya tidak menangkap ada kaitannya dengan keresahan Jokowi di akhir jabatan," kata Ahmad Doli di depan ruang rapat Komisi II DPR Senayan Jakarta pada Senin (26/8).

Doli menafsirkan Jokowi ingin mengajak semua pihak untuk tidak merasa ditinggalkan atau disakiti dalam kompetisi politik seperti Pileg, Pilpres dan Pilkada. "Jadi lebih kepada agar tidak ada yang ditinggalkan, kemudian tidak ada yang tersakiti. Saya kira itu yang saya tangkap pesannya, untuk bisa menjaga kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang besar," ujar Doli.

Presiden Jokowi mengatakan beberapa pihak mulai menjauh menjelang akhir masa jabatannya. Namun, ia tidak menyebutkan siapa pihak-pihak tersebut. Jokowi menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan Kongres III Partai Nasdem di Jakarta, Minggu (25/8).

"Biasanya datang ramai-ramai, begitu mau pergi ditinggal ramai-ramai. Saya yakin itu tidak (terjadi) dengan Bapak Surya Paloh," kata Jokowi.

Jokowi menceritakan pernah berada pada situasi di mana kesepakatan yang pernah dibuat bisa berubah hanya dalam waktu sepekan. Dia menganggap peristiwa semacam itu merupakan hal biasa dalam politik, dan perbedaan adalah sesuatu yang tak terhindarkan.

"Saya pernah salaman hari ini salaman, sepakat, lalu seminggu kemudian beda. Enggak apa-apa, saya kira sangat bagus," ujar Jokowi.

Istana Bantah Hubungan Jokowi dan Prabowo Retak

Istana juga angkat bicara soal kabar keretakan hubungan Presiden Joko Widodo dengan presiden terpilih Prabowo Subianto. Staf Khusus Presiden Juri Ardiantoro mengatakan isu ini upaya adu domba untuk mengganggu keberlanjutan pemerintahan.

Juri meminta pihak-pihak yang mengembuskan isu tersebut menghentikan penyebaran kabar retaknya hubungan Jokowi dan Prabowo. Ia mengatakan narasi tersebut merupakan spekulasi yang bisa memecah belah bangsa.

"Politik adu domba itu usang, sangat tidak disukai masyarakat kita." kata Juri dalam keterangan tertulis, Senin (26/8).

Juri mengatakan fokus utama Jokowi adalah menyiapkan pondasi kuat untuk memuluskan transisi pemerintahan. Jokowi juga memberikan kesempatan kepada Prabowo untuk menyusun agenda strategisnya.

"Presiden terpilih tegas menampik berbagai spekulasi, rumor, bahkan upaya yang bertujuan mengadu domba dengan Presiden Joko Widodo," kata Juri yang juga mantan anggota tim sukses Prabowo-Gibran ini.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...