USDA: Produksi Beras RI Bakal Melonjak, Masih Perlu Impor tapi Turun Signifikan

Tia Dwitiani Komalasari
12 Mei 2025, 07:48
Foto udara petani memanen padi menggunakan mesin Combine Harvester di areal persawahan Amohalo, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (26/4/2025).
ANTARA FOTO/Andry Denisah/rwa.
Foto udara petani memanen padi menggunakan mesin Combine Harvester di areal persawahan Amohalo, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (26/4/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Laporan USDA Rice Outlook April 2025, menyatakan produksi beras Indonesia diproyeksi menyentuh angka 34,6 juta ton, atau tumbuh 4,8% dibandingkan periode tahun sebelumnya. Impor beras Indonesia diproyeksikan turun hampir 3,9 juta ton menjadi 800.000 ton karena peningkatan produksi yang besar. 

Berdasarkan laporan yang dikutip Senin (12/5), kenaikan produksi dipengaruhi curah hujan yang baik pada 2025. Indonesia juga tengah berada pada musim panen Utama yang diperkirakan akan menyumbang 45% produksi. Sementara panen tambahan diperkirakan berlangsung pada Juli-Agustus dan November-Desember.

Indonesia menjadi negara setelah India dengan peningkatan produksi tertinggi. Negara lainnya yang mengalami hal serupa adalah Kamboja, Brasi, Taiwan, dan Venezuela. Secara tahunan, Brasil, Kamboja, Tiongkok, Uni Eropa,India,Irak, Peru, Srilanka, dan Vietnam menyumbang Sebagian besar peningkatan pada 2024/2025.

Secara global, produksi beras global mencapai rekor tertinggi sebesar 535,8 juta ton. Ini juga sekaligus merupakan tahun kesembulan berturut-tururt daru rekor panen beras global.

Sementara itu, Kementerian Pertanian menyatakan bahwa laporan tersebut juga menempatkan]Indonesia di atas negara-negara ASEAN lainnya dalam produksi beras. Di bawah Indonesia, Vietnam menempati urutan kedua dengan produksi beras sebesar 26,5 juta ton, disusul oleh Thailand dengan 20,1 juta ton, Filipina 12 juta ton, Kamboja 7,337 juta ton, Laos 1,8 juta ton, dan Malaysia 1,750 juta ton.

Lonjakan produksi beras tahun ini berhasil membalikkan kondisi Indonesia yang sebelumnya sempat melakukan impor. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran dan tekanan pada Thailand yang merupakan eksportir unggulan di kawasan. Pada kuartal I 2025, volume ekspor Thailand merosot tajam hingga 30%.

Di sisi lain, pemerintah aktif menyerap gabah petani sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan. Upaya ini dilakukan guna memastikan hasil panen terserap secara optimal dan petani memperoleh pendapatan yang menguntungkan.

Berdasarkan data serapan oleh Bulog pada Minggu (11/5/2025) pukul 16:51 WIB, tercatat total realisasi serapan gabah setara beras di tahun 2025 sebanyak 2.052.541 ton. Jumlah serapan selama Januari-Mei merupakan capaian luar biasa dan tertinggi sepanjang 58 tahun berdirinya Bulog.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut capaian ini berasal dari hasil panen petani dalam negeri, tanpa impor beras medium sejak awal tahun 2025. Dengan serapan lebih dari 2 juta ton tersebut, ia optimistis stok cadangan beras pemerintah (CBP) dapat menembus 4 juta ton pada akhir Mei 2025.

”Ini merupakan lompatan eksponensial. Kami pastikan Bulog terus menyerap hingga kapasitas maksimal sesuai dengan HPP karena harga ini memberi nilai wajar bagi petani, meningkatkan pendapatan, dan memacu produksi,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan