8.500 Hektare Hutan Indonesia Terbakar dalam 5 Bulan, Mayoritas Ulah Manusia

Ajeng Dwita Ayuningtyas
24 Juli 2025, 06:20
8.500 hektare hutan terbakar, Kebakaran Hutan,
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/bar
Warga berupaya memadamkan api dengan ranting pohon, saat terjadinya kebakaran lahan di Nagari Sulik Aia, Solok, Sumatera Barat, Sabtu (19/7/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Kehutanan atau Kemenhut menyebutkan 8.500 hektare hutan di Indonesia terbakar selama Januari - Mei. Hampir 100% disebabkan oleh perbuatan manusia atau antropogenik, yang dampaknya meluas apabila dipengaruhi cuaca sangat panas.

“Luasnya diperkirakan meningkat pada Juni – Juli,” kata Kepala Sub Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan Kemenhut Israr Albar di Jakarta, Rabu (23/7).

“Saya kira untuk negara tropis, tidak hanya di Indonesia, penyebab utamanya antropogenik. Jadi faktor manusia. Bahkan berdasarkan penelitian dari pakar kebakaran, kalau untuk kasus kebakaran di gambut, bisa jadi 99% sampai 100% karena antropogenik," Israr menambahkan.

Pengaruh iklim juga sangat berperan dan menjadi pemicu kebakaran hutan, meskipun berdasarkan pantauan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia belum memasuki masa El-Nino tahun ini, sehingga cuaca masih kemarau basah.

Modifikasi Cuaca untuk Atasi Kebakaran Hutan

Kemenhut melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di tiga provinsi yang rawan kebakaran hutan, yakni Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi.

Selain itu, memberdayakan Manggala Agni di 17 wilayah yang memiliki anggota hampir 1.000 orang. Mereka mengutamakan tiga pilar yakni koordinasi, terpimpin, dan partisipasi masyarakat.

"Mereka melakukan pemadaman, serta memiliki tiga pilar dalam pengendalian kebakaran. Kami juga membina masyarakat peduli api yang sampai sekarang sekitar 11 ribu orang di 27 provinsi," ujarnya.

Untuk memantau titik panas atau hotspot, masyarakat peduli api itu bekerja sama dengan TNI dan Polri, serta masyarakat lain.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mencatat ada 354 titik hotspot di wilayah itu per 20 Juli. Jumlah ini menjadikan Kabupaten Rokan Hilir, sebagai daerah dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan tertinggi di Provinsi Riau.

“Perlu ada peningkatan intensitas pemadaman api agar karhutla di Rokan Hilir ini terselesaikan dalam waktu secepatnya,” ujar Hanif, dalam kunjungannya ke lokasi, Rabu (23/7).

Kebakaran terpantau melanda lahan gambut yang sangat kering dengan akses minim terhadap sumber air. Titik api juga ditemukan pada hutan produksi dan hutan produksi terbatas yang rentan terhadap penyebaran api secara masif.

Dalam aksi darurat, lima helikopter water bombing milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah dikerahkan.

Hingga pertengahan Juli, 594 sortie pengeboman air telah dilakukan dengan total volume 2.376.000 liter. Selain itu, Operasi Modifikasi Cuaca dijalankan sejak 21 Juli, dengan target wilayah Rokan Hilir dan sekitarnya, menggunakan bahan semai 1.000 kilogram NaCl untuk mendorong terjadinya hujan.

Pemerintah daerah diimbau untuk mempercepat langkah pemadaman dengan keterlibatan aktif dari tingkat tapak.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas, Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...