Hasil Analisis Kondisi Psikologis Diplomat Arya Daru: Diduga Kelelahan Mental

Ade Rosman
30 Juli 2025, 13:50
diplomat, polisi, kemlu
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/nym.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam menunjukkan barang bukti lakban saat konferensi pers pengungkapan kasus penemuan mayat pegawai negeri sipil Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan (ADP) di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Polda Metro Jaya telah menyelesaikan penyelidikan kasus meninggalnya diplomat Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan alias ADP (39). Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) juga telah merampungkan pemeriksaan kondisi psikologis ADP.

Pemeriksaan dilakukan tim yang terdiri dari tujuh orang psikolog. Dari hasil autopsi psikologis, Arya diduga mengalami kelelahan mental. 

Ketua Umum Apsifor Himpsi Nathanael Sumampouw mengatakan  dalam pekerjaannya, ADP dituntut untuk berempati tinggi, mempunyai kepekaan emosional, serta ketahanan psikologis dan sensitivitas sosial. Ini karena ia mengemban peran melindungi warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam situasi krisis di luar negeri.

"Ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, compassion fatigue atau kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar dengan pengalaman-pengalaman penderitaan, trauma," kata Nathanael dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7).

Kendati demikian, di lingkungan pekerjaan, ADP dikenal sebagai pribadi positif yang bertanggung jawab, pekerja keras, dapat diandalkan, suportif, serta peduli dengan lainnya. Kondisi ini dianggap menjadi faktor ADP kesulitan untuk mengkesprespresikan emosi negatif saat menghadapi tekanan tinggi.

Nathanael mengatakan ADP, mencoba menelan emosi negatif tersebut dan memilih untuk tak menunjukkannya di depan orang lain. "Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan," kata Nathanael.

Nathanael mengatakan ADP memiliki riwayat mengakses layanan kesehatan mental secara daring sejak 2013 hingga 2021. Namun, menurutnya, ADP memilih untuk menutupi emosi negatifnya.

Sedangkan Polda Metro Jaya mengumumkan kematian Arya bukan perkara pidana dan tak melibatkan orang lain.  "Indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain. Kami belum menemukan adanya peristiwa pidana terhadap korban," kata Wira.

Kesimpulan ini berdasarkan hasil penyelidikan berbagai ahli, di antaranya ahli forensik dan psikolog forensik. Hasil autopsi oleh tim forensik RSCM menunjukkan ADP meninggal karena mati lemas akibat gangguan pertukaran oksigen di saluran napas bagian atas. Polisi juga mengatakan tak ada indikasi kekerasan dalam kematian diplomat tersebut. 

Pusat Identifikasi (Pusident) Mabes Polri menemukan hanya ada sidik jari ADP di lakban kuning yang melilit wajahnya.  "Hasil dari tim identifikasi terkait sidik jari bahwa di lakban yang diperoleh yaitu sidik jari dari saudara ADP," kata Perwakilan Pusident Bareskrim Polri, Aipda Sigit Kusdiyanto

Polisi memeriksa 24 saksi dari berasal dari keluarga korban, orang-orang di lingkungan tempat tinggal korban, serta rekan kerja korban. Polisi juga mengumpulkan 103 barang bukti yang dikumpulkan dari kantor korban dan tempat kos.

Semasa hidupnya, Arya Daru dikenal aktif di bidang perlindungan dan pemulangan warga negara Indonesia. Ia juga terlibat dalam upaya evakuasi WNI, termasuk anak-anak yang terlantar di luar negeri, serta pemulangan dari negara-negara seperti Turki dan Iran. Selain itu, Arya juga pernah menjadi saksi kasus TPPO di Jepang.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ade Rosman

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...