Wujudkan 1 Tahun Asta Cita, UMKM Binaan Pertamina Sukses Go Global
Suasana riuh dan ramai memenuhi acara Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 di ICE BSD, Minggu (19/10). Ribuan pelaku usaha dari berbagai daerah menata rapi produk terbaiknya untuk menarik perhatian calon pembeli dari dalam dan luar negeri.
Di salah satu sisi, deretan keranjang dan dekorasi rumah dari serat alami terpajang rapi milik Agrominafiber. Di sisi lain, aroma wangi minyak atsiri khas Indonesia menguar dari stan DDistillers.
Keduanya merupakan UMKM binaan Pertamina yang telah menembus pasar internasional, membuktikan bahwa dengan pembinaan yang tepat, usaha kecil pun mampu berdiri di panggung dunia.
Novita Hermawan, Co-Founder Agrominafiber tersenyum ramah menyambut tiap pengunjung yang mampir untuk sekedar melihat-lihat ataupun bertransaksi di stannya. Melalui Agrominafiber, perempuan berusia 50 tahun ini memamerkan berbagai produk dekorasi rumah berbahan serat alami, mulai dari keranjang hingga hiasan interior yang seluruhnya dikerjakan secara handmade.
Novita menuturkan tahun ini merupakan tahun keempat partisipasinya dalam TEI sejak 2022. Ia memulai usahanya sebagai produsen bahan baku sebelum beralih ke produk dekorasi rumah berbahan serat alami.
“Awalnya kami belajar bagaimana melakukan diversifikasi produk, dari situ kami beralih ke home decor seperti keranjang dan produk lainnya,” ujar Novita kepada Katadata, Minggu (19/10).
Kini, Agrominafiber yang berbasis di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, ini berhasil menembus pasar ekspor ke Chile, Argentina, Belgia, Nigeria, hingga Amerika Serikat, dengan nilai ekspor mencapai sekitar US$57 ribu. Pasar Amerika bahkan menjadi tujuan rutin perusahaan, membuka peluang bagi produk kriya lokal bersaing di sektor ritel internasional.
Kesuksesan ini tak lepas dari dukungan Pertamina. Melalui program UMK Academy, Agrominafiiber mendapatkan pembinaan menyeluruh mulai dari capacity building, pemasaran, hingga pelatihan ekspor.
“Pertamina juga membantu kami mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan difasilitasi mengikuti berbagai pameran seperti Inacraft dan TEI,” tambahnya.
Bagi Novita, perubahan paling nyata dari keikutsertaan di program UMK Academy adalah rasa percaya diri dan kesiapan menghadapi pasar global.
“Sebelum ikut pembinaan, kami hanya berproduksi tanpa arah yang jelas. Setelahnya, kami jadi lebih siap dari sisi produksi, manajemen, dan strategi ekspor. Selain itu, yang paling berkesan adalah rasa kekeluargaannya. Kami bisa berkonsultasi kapan pun, dan selalu disambut dengan semangat membangun,” ungkapnya.
Insipirasi dari Desa
Tak jauh dari stan Agrominafiber, aroma segar minyak atsiri memikat pengunjung untuk datang ke stan DDistillers, brand milik Eliest Listiani.
Di balik aroma itu, tersimpan kisah perjuangan yang dimulai dari keprihatinan Eliest terhadap desa kelahirannya di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, wilayah dengan lahan kering yang hanya bisa ditanami pada masa penghujan saja dan banyak penduduknya yang berada di bawah garis kemiskinan.
“Saya ingin membantu masyarakat desa agar bisa tetap menanam saat kemarau,” tutur perempuan berusia 45 tahun itu.
Ia kemudian menemukan potensi tanaman atsiri yang bisa tumbuh sepanjang tahun. Bersama petani lokal, Eliest membangun jaringan penyulingan kecil yang kini berkembang menjadi 200 titik penyulingan di seluruh Indonesia kecuali Papua.
Namun, perjalanan itu penuh liku. Pandemi 2020 sempat membuat usaha Eliest terhenti. “Kami hampir menyerah, modal habis, cicilan menumpuk, dan pemasukan nol,” kenangnya.
Titik balik datang ketika Eliest mendapatkan Dana Kemitraan Pertamina sebesar Rp100 juta.
“Dana itu jadi penyelamat. Saya gunakan untuk produksi dan operasional, dan dalam setahun omzet kami naik jadi Rp1,2 miliar,” ujarnya bangga.
Dari situ, DDistillers terus berkembang. Mereka kini mengekspor ke 12 negara, dan tengah menyiapkan ekspor rutin minyak kelor ke Italia pada 2026 dengan kebutuhan sekitar 200 ton per tahun dengan nilai sekitar Rp500 ribu/kg.
Melalui pendampingan Pertamina, DDistillers juga bertransformasi ke era digital, aktif di berbagai marketplace, menerapkan pembukuan digital, dan mengikuti pameran internasional.
“Pertamina bukan hanya memberi modal, tapi juga menanamkan mindset. Kami diajarkan bagaimana membangun bisnis yang berkelanjutan,” ungkap Eliest.
Ia juga menilai bahwa pembinaan membuka peluang kolaborasi antar-UMKM. “Kami bisa saling bekerja sama. Misalnya, produk kami jadi bahan baku untuk UMKM kosmetik natural lainnya. Kami tumbuh bersama.”
Semangat Asta Cita
Perjalanan Agrominafiber dan DDistillers menjadi cerminan nyata peran Pertamina sebagai penggerak UMKM menuju kemandirian dan daya saing global. Melalui program seperti UMK Academy, Pertamina menyediakan ekosistem pembinaan mulai dari pendanaan, pelatihan, hingga akses pasar.
Kisah keduanya sejalan dengan semangat program Asta Cita poin ke-3, yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, serta mengembangkan industri kreatif. Inilah salah satu bentuk dukungan Pertamina, menyongsong 1 tahun Pemerintahan Prabowo - Gibran.
Melalui pembinaan berkelanjutan seperti pendanaan, pelatihan, hingga pendampingan digitalisasi, Pertamina berupaya menciptakan ekosistem bisnis yang mandiri dan inklusif. UMKM binaan tidak hanya tumbuh untuk dirinya sendiri, tetapi juga membuka kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk ikut berkembang.
Bagi Novita dan Eliest, dukungan ini bukan hanya membuka pintu ekspor, tapi juga membangun kepercayaan diri untuk bersaing di dunia internasional. “Kalau kita yakin dan mau belajar, Insya Allah bisa go global,” ujar Novita.
Sementara Eliest menutup dengan semangat yang sama, “UMKM itu bukan usaha kecil. Kami adalah usaha kecil miliaran, dan kami bagian dari fondasi ekonomi Indonesia.”



Produk UMKM Unggulan 