Lanjutkan Pencarian Korban Banjir Bandang, Tim SAR Butuh Mendesak Eskavator Mini

Karunia Putri
9 Desember 2025, 05:50
banjir
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Petugas SAR gabungan mengevakuasi jenazah korban longsor di Toboh Tangah, Nagari Malalak Timur, Agam, Sumatera Barat, Kamis (27/11/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Proses evakuasi korban banjir bandang di Jorong Tobo, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat berlu berakhir.  Belasan tim Basarnas Padang terus melakukan pencarian terhadap tiga orang hilang akibat disapu banjir bah dan longsor yang melanda dusun Tobo pada sore 26 November lalu.

Lengkap menggunakan pakaian berwarna oranye dan perlengkapan keselamatan, mereka menelusuri setiap titik yang dicurigai sebagai lokasi warga Malalak yang hilang tertimbun tanah longsor.

Anggota tim Basarnas Idri mengatakan, saat ini tim SAR gabungan sangat memerlukan bantuan alat berat seperti eskavator mini untuk melakukan evakuasi. 

Dia menjelaskan, setelah dua belas hari mencari para korban, kondisi lumpur di lokasi banjir menjadi lebih keras. Alhasil, tim SAR tak lagi dapat mengandalkan alat manual seperti cangkul dan alkon yang mereka gunakan selama ini. 

Namun, kondisi tanah sudai mengeras, apalagi timbunan longsor memiliki ketinggian satu sampai dua meter. Karena itu, tim SAR saat ini menggunakan eskavator mini dengan ukuran 5 ton. 

"Saat ini kami sangat memerlukan ukuran 10 ton, tapi kendala di Padang kami belum menemukan unit tersebut," kata Idri di Malalak, Agam, Sumatera Barat pada Minggu (7/12).

Selain untuk mencari korban hilang, eskavator mini ukuran 10 ton dibutuhkan tim SAR untuk membuka akses jalan di Malalak yang terputus akibat longsor.

"Untuk membuka akses jalan, kami sangat membutuhkan alat berat yang besar," kata dia.

Selama masa pencarian, Idri dan tim SAR Gabungan telah menemukan sebanyak 14 orang yang meninggal. Saat ini tim sedang mencari 3 orang lagi yang hilang. 

Banjir bah dan longsor itu melanda tiga Nagari-sebutan wilayah pemerintahan setingkat desa di Sumatera Barat-di Kecamatan Malalak. Wilayah tersebut sempat terisolir selama dua hari. Tak ada bantuan yang dapat masuk ke Malalak saat itu. 

Idri sedikit menceritakan bahwa dia dan timnya terjebak di Malalak selama dua hari. Dia mengaku sulit untuk memberikan kabar kepada tim lain di luar Malalak, sebab infrastruktur jaringan telekomunikasi rusak total, tak ada jaringan di Malalak.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...