Harga Tiket Turun, Garuda Pangkas Rute Domestik dan Internasional

Image title
21 Mei 2019, 20:54
Pesawat Garuda di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasi 24 pesawat berbadan lebar Aibus A330 sementara unit biaya rendahnya Citilink mengoperasikan 51 unit A320. 
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Pesawat Garuda di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasi 24 pesawat berbadan lebar Aibus A330 sementara unit biaya rendahnya Citilink mengoperasikan 51 unit A320. 

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) bakal memangkas sejumlah rute penerbangan demi efisiensi. Di antara rute yang terdampak adalah yang menghubungkan daerah-daerah seperti Bangka Belitung, Morotai, Bima, hingga kota-kota di mancanegara seperti London dan Amsterdam.

Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara menjelaskan, keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan biaya operasional pada penerbangan, termasuk harga avtur dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Selain itu, penurunan tarif batas atas (TBA) harga tiket sebesar 15% juga menjadi alasan Garuda merombak rute penerbangannya.

Ari menjelaskan, TBA dan Tarif Batas Bawah (TBB) hanya berlaku di Indonesia saja. Namun, hal itu dinilainya membuat maskapai nasional sulit berkompetisi di luar negeri karena terkena banyak komponen biaya yang membebaninya.

Di antara komponen biaya itu seperti pengenaan PPN avtur sebesar 10% dan leasing pesawat di Indonesia sebesar 10%. "Saya bukan mau protes tapi apa adanya," kata Ari di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi VI dalam rangka Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (21/5).

(Baca: Jelang Mudik Lebaran, Sriwijaya Air Buka Tiga Rute Baru)

Ari menjelaskan, dengan beban operasional yang terus naik, kemampuan Garuda untuk mensubsidi penerbangan ke daerah yang tidak menguntungkan menjadi terbatas. "Kami tidak bisa lagi mensubsidi dari jalur-jalur gemuk seperti Surabaya, Denpasar, Yogyakarta ke daerah-daerah yang remote,"

Ari mengatakan, sebenarnya dia mendapatkan protes dari bupati yang daerahnya dikurangi penerbangannya seperti Bangka Belitung. Namun dia mengatakan, kerugian dari penerbangan ke daerah tersebut mencapai US$ 1,3 juta per 6 bulan.

Ada pun penerbangan ke Pulau Morotai, Maumere, dan Bima, dikatakan Ari rutenya bakal ikut dikurangi. Sebab, harga avtur di daerah terpencil jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga avtur di kota-kota besar. "Perbedaan harganya bisa sebesar 80%," ujarnya.

Bukan hanya soal perbedaan harga bahan bakar, namun jam operasional bandara di daerah tersebut juga terbatas hingga sekitar pukul 16.00. Dengan begitu, biaya parkir pesawat dan kru yang menyertai penerbangan tersebut harus bermalam di daerah tersebut membuat komponen biayanya membengkak.

(Baca: Penurunan Harga Tiket Pesawat, Mayoritas Maskapai Memakai Batas Atas)

"Jadi, sungguh tidak menguntungkan saat harga tiket diturunkan. Kami tidak bisa beroperasi di tempat tertentu. Tapi kami pastikan jika diberi penugasan, kami siap," katanya.

Selain itu, pihaknya juga menutup penerbangan mancanegara yang tidak menguntungkan seperti rute Belitung-Singapura. Rute tersebut awalnya dibuka karena Kementerian Pariwisata menjanjikan bakal memberikan subsidi sebesar Rp 8 miliar sebulan.

Selain itu, Garuda juga menutup penerbangan Mumbai-Denpasar yang dijanjikan Kemenpar diberikan subsidi sebesar Rp 8 miliar untuk 6 bulan. Sayangnya, janji tersebut hingga kini belum terealisasi.

Garuda juga berencana untuk menutup penerbangan Jakarta-London karena sudah tidak memberikan subsidi dari penerbangan lain. Rencannya mereka bakal menutup rute tersebut setelah libur musim panas. Penerbangan selanjutnya yang bakal dikurangi rutenya yaitu penerbangan Jakarta-Amsterdam dari enam kali penerbangan menjadi tiga kali saja.

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Pingit Aria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...