AirAsia Usul Copot Garbarata di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta
Maskapai penerbangan AirAsia mengusulkan agar Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta tidak perlu lagi menggunakan garbarata. Dengan begitu, lahan untuk parkir pesawat di terminal tersebut menjadi lebih luas dan bisa menampung banyak pesawat.
Garbarata adalah jembatan bergerak yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat. "Kalau (garbarata) itu dipotong, mungkin kita bisa menggunakan tangga seperti di (bandara) Kuala Lumpur," kata CEO AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan di Jakarta, Kamis (2/8).
Dengan menggunakan tangga, Dendy yakin bisa membuat perpindahan penumpang dan proses naik pesawat (boarding) menjadi lebih cepat. Selain itu, dengan dihilangkannya garbarata, pesawat bisa memakai dua pintu untuk jalur keluar-masuk penumpang.
"Itu salah satu konsepnya, tapi kami serahkan keputusannya ke PT Angkasa Pura II juga," ujarnya .
AirAsia memang sudah lama tertarik ikut membantu pengerjaan terminal yang rencananya khusus untuk penerbangan bertarif rendah alias Low Cost Carrier (LCC). Maskapai penerbangan asal Malaysia ini menyatakan siap sebagai pengelola maupun investor.
"Kami sudah menyampaikan minat ke AP II, saya dengar sih mereka mau (revitalisasi) pakai dana sendiri. Jadi, (dana) kami nanti akan digunakan sebagai infrastruktur kami saja," katanya. (Baca: AirAsia Ajukan Minat Bangun Terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta)
Sebelumnya, pembangunan terminal 4 direncanakan untuk penerbangan LCC. Namun, dalam perjalannnya AP II memutuskan akan merevitalisasi terminal 1 dan 2 untuk penerbangan LCC dan ditargetkan rampung di 2020. Terminal 1 akan digunakan untuk penerbangan LCC domestik, sedangkan terminal 2 untuk mancanegara.
Awal Juni lalu, Dendy mengatakan pertumbuhan penumpang saat ini didominasi oleh penumpang yang menggunakan jasa penerbangan LCC. Akan sulit bagi maskapai penerbangan untuk mendarat, apabila terminal di bandaranya hanya melayani penerbangan pesawat dengan layanan penuh (full service).
Dia menilai akan mustahil mendapatkan banyak penumpang, tanpa penambahan kapasitas dari maskapai penerbangan. Masalahnya, kapasitas penerbangan sulit ditambah, apabila ruang atau slot di bandaranya tidak ada.
(Baca: AirAsia Jajaki Penawaran Perdana Mata Uang Digital (ICO))