Lima Tips Evaluasi Kinerja Bisnis UMKM di Masa Pandemi
Pandemi corona masih membayangi kinerja bisnis hampir seluruh sektor di Indonesia hingga akhir tahun. Di tengah tekanan saat ini, pelaku usaha perlu mengevaluasi posisi mereka dengan membuat parameter serta perencanaan bisnis untuk beberapa bulan mendatang.
Zilingo Trade, marketplace business to business (B2B), yang bergerak di bidang pengadaan online berbagi tips cara mengevaluasi kinerja bisnis, khususnya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di masa pandemi.
Head of Commercial Zilingo, Melina Marpaung mengatakan, situasi saat ini memberi tantangan besar bagi semua industri. "Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan oleh para pelaku usaha dalam menjaga kelangsungan operasi serta kesehatan bisnis mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (24/9).
Melina memberikan lima tips bagi para pemilik merek dan pengusaha UMKM dalam mengevaluasi kinerjanya agar siap menghadapi kuartal akhir 2020.
1. Tinjau Manajemen Inventaris
Meninjau inventaris merupakan parameter penting untuk mengevaluasi kesehatan bisnis. Jika pengusaha memiliki terlalu banyak stok persediaan di gudang, ini mungkin saat yang tepat untuk mengevaluasi kembali stok.
Mengurangi inventaris dapat membantu pelaku usaha menurunkan biaya inventaris tanpa mengorbankan kualitas barang yang terjual.
Situasi saat ini memungkinkan pengusaha mengalami kelebihan pesanan untuk produk jenis tertentu. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memproses pengadaan produk dari supplier lain dengan harga yang lebih kompetitif.
"Cobalah mencari alternatif dropshipper sehingga Anda dapat mengurangi biaya pengiriman dan pergudangan," ujar dia.
2. Fokus pada Kompetensi Inti Bisnis
Pemilik usaha kecil seringkali tidak dapat membedakan konsep diversifikasi dengan mengoleksi produk. Padahal, menambahkan produk atau layanan lain bukanlah diversifikasi. Hal ini justru membuang-buang waktu dan uang jika dilakukan tanpa mengevaluasi permintaan pasar atau perilaku konsumen lokal.
"Menginvestasikan waktu, uang, dan upaya Anda pada bukan yang merupakan inti bisnis pada akhirnya dapat merusak merek dan reputasi Anda,” ujar Melina.
Karena itu, sekarang adalah saat yang tepat bagi Anda untuk meninjau kembali mengenai itu.
3. Sesuaikan Model Bisnis
Pengusaha atau pemilik bisnis wajib mengakomodasi dan mengikuti tren yang berubah, khususnya dalam situasi pandemi saat ini. Sehingga, jika pelaku usaha ingin bisnisnya tetap bertahan dari krisis, perlu beradaptasi dan memanfaatkan peluang yang tepat.
Terkait hal ini, Melina pun menyarankan mengubah model bisnis mungkin terlihat sebagai upaya terakhir untuk bertahan hidup. Pelaku usaha dapat memulai dengan mengubah kategori produk, menyederhanakan proses pembayaran, dan lainnya.
"Dengan begitu, pelaku bisnis dapat terus beradaptasi dengan tren dan pola konsumsi dari konsumen,” ujar dia.
4. Melindungi Arus Kas
Di saat krisis, pelaku usaha perlu menurunkan ekspektasi dari kinerjanya. Pusatkan perhatian pada kelancaran operasi, selain keuntungan yang dapat diraih.
Karenanya, pelaku usaha perlu berhati-hati dalam memprioritaskan kebutuhan dengan cara mengurangi pengeluaran, menghentikan proses inventaris sementara, dan menunda rencana ekspansi untuk sementara waktu.
Selain itu, persiapkan rencana keuangan cadangan untuk mengantisipasi skenario terburuk. “Pastikan untuk selalu memantau keuangan Anda dengan menganalisis laporan keuangan secara teratur. Ini untuk memastikan arus kas tetap lancar," katanya.
Dia pun menyankan pelaku usaha untuk menghindari kredit bisnis bila tak memiliki kemampuan melunasi. Dengan cara ini, pelaku usaha bisa terhindar dari tekanan finansial yang tidak semestinya atau bahkan kehabisan dana.
5. Manfaatkan Teknologi
Masa pandemi merupakan waktu yang tepat bagi pelaku usaha meningkatkan inovasi dan mencari cara baru guna menjangkau konsumen sasaran dengan bantuan teknologi.
Pelaku usaha bisa mulai menjual barang dagangan di pasar online atau media sosial, atau bahkan menjual dalam jumlah besar untuk meningkatkan omset.
Pertimbangkan lebih banyak promosi, dan meningkatkan pemasaran digital melalui strategi dan konten yang terjangkau namun menarik.
“Jika Anda tidak tahu harus mulai dari mana, Zilingo Trade dengan berbagai layanannya siap untuk mengaktifkan, melengkapi, dan meningkatkan bisnis Anda," ujarnya.
Guna membantu kebutuhan UMKM, lini bisnis B2B milik Zilingo, yakni Zilingo Trade siap mendukung merek dan bisnis melalui berbagai layanan. Contohnya, layanan pengadaan, penjualan di marketplace, pemasaran, perangkat lunak, logistik, hingga layanan keuangan, yang dihadirkan bawah satu platform terpadu.
Selain menyediakan platform perdagangan grosir, Zilingo Trade juga menawarkan solusi bisnis, mulai dari layanan pemasaran, keuangan, produksi, hingga logistik.
Pandemi Covid-19 telah memukul UMKM di Indonesia. Sebagian di antaranya pernah mengalami krisis serupa pada 1998 dan 2008.
Berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) 3,1% responden UMKM mengaku pernah mengalami krisis 1998 dan 0,7% responden yang merasakan krisis 2008.
Survei ini juga menanyakan bagaimana cara pelaku UMKM untuk bangkit dari krisis di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Sebanyak 34,6% responden mengaku beralih dari sistem pemasaran offline ke online. Sementara 15,4% memilih untuk mengganti dan membuat produk atau usaha baru, serta mendapat modal tambahan.
KIC membuat survei UMKM untuk kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Survei yang menjangkau 206 responden itu berlangsung pada 8-15 Juni lalu.Detailnya, disajikan dalam databoks berikut: